Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai sektor pertanian perlu mengantisipasi dampak negatif dari fenomena embun es atau frost di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

"Fenomena embun es Dieng perlu dimitigasi dampak negatifnya, khususnya pada sektor pertanian yang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu, mati, dan juga mengering," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan dalam seminar ilmiah cuaca dan iklim yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, fenomena ini tentunya juga akan berdampak pada kondisi lingkungan dan aktivitas perekonomian masyarakat setempat, sehingga adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus dilakukan.

Ia mengatakan fenomena embun es terjadi pada periode terbatas yaitu pada saat musim kemarau periode Juni-Agustus dan September-November.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan terdapat sisi positif dari fenomena embun es itu, yakni menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke sana.

Baca juga: Fenomena embun es Dieng berkaitan dengan berlangsungnya kemarau

Baca juga: Manajemen wisata Dieng perlu pertimbangkan aspek iklim


Menurutnya, jika dikelola dan dipromosikan dengan baik, akan menjadi potensi wisata yang unik dan dapat mendatangkan manfaat positif.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab mengemukakan frost atau embun upas adalah lapisan embun beku yang menyelimuti permukaan.

Ia menambahkan frost sering terjadi ketika angin Monsoon Australia atau angin timur yang membawa udara kering dan dingin yang menyebabkan suhu di pegunungan menjadi lebih dingin. Pada dataran tinggi Dieng, peluang penurunan suhu hingga titik beku nol derajat Celcius cukup tinggi.

"Uap air akan mengalami kondensasi dan mengembun yang dingin bahkan beku. Suhu di bawah titik beku itulah yang memproses embun menjadi seperti es," paparnya.

Ia menambahkan kurangnya tutupan awan juga menjadi salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya fenomena embun es.

"Kurangnya tutupan awan menyebabkan radiasi balik gelombang panjang pada malam hari semakin kuat dan lebih banyak dilepas langsung ke atmosfer. Sehingga permukaan tanah lebih cepat mendingin hingga di bawah titik beku nol derajat Celcius dan memungkinkan terbentuknya embun es," paparnya.