"Saya sering miris melihat perempuan-perempuan cantik yang sedang duduk mengobrol di kafe sambil merokok," kata Arjoso di Jakarta, Rabu.
Dia menjadi pembicara dalam peningkatan kapasitas kepada kelompok perempuan tentang pengendalian tembakau yang diadakan Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Diai mengatakan sasaran industri rokok saat ini adalah munculnya perokok pemula dari kelompok perempuan dan remaja. Sebagian besar perokok pemula (termasuk perempuan perokok), kata dia, dipengaruhi iklan rokok yang atraktif dan menarik.
"Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Di Amerika Serikat, pabrik-pabrik rokok ditutup dan Indonesia malah menerima dengan tangan terbuka investasi pabrik rokok Amerika," tuturnya.
Sumarjati mengatakan sikap yang kontrapengendalian tembakau merupakan pelanggaran UUD 1945, terutama upaya pencerdasan kehidupan bangsa.
"Rokok tidak mencerdaskan bangsa. Daripada untuk beli rokok, lebih baik uangnya untuk beli susu, daging dan telur untuk menambah gizi anak supaya lebih cerdas," katanya.