Bandarlampung (ANTARA News) - Tim peneropong hilal dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinis Lampung memfokuskan melihat rukyat di Bukit Kemiling Permai (BKP) Bandarlampung.

Operator Teleskop dari Kemenag Kanwil Lampung Hamdun, pada Senin, di Bandarlampung mengatakan, pemantauan rukyat selain di BKP juga dilakukan di Lemong, Lampung Barat dan Pantai Canti di Kalianda, Lampung Barat.

"Masing-masing tim terdiri atas 10 orang," kata dia.

Namun, tim yang dibekalkan dengan alat peneropong seperti teleskop, theodolit dan binoculer hanya diterapkan di BKP Bandarlampung tidak melihat hilal. "Sudah dua kali ini, kami melakukan pemantauan rukyat di BKP," ujar dia.

Sementara untuk daerah Lampung Barat dan Lampung Selatan tim yang melihat rukyat secara manual.

Penentuan awal Ramadan menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Mawardi memang berbeda namun, perbedaan itu, jangan terlalu dibesar-besarkan.

"Bagi masyarakat yang meyakini penetapan 1 Ramadan berdasarkan metode hisab, silakan menjalani puasa pada 9 Juli 2013," katanya. Ia menambahkan bagi masyarakat yang meyakini berdasarkan rukyat hilal pun tidak masalah.

"Masing-masing punya keyakinan sendiri dan semua itu benar," katanya.

Penetapan 1 Ramadan biasa dikenal menggunakan metode rukyatul hilal dan metode hisab untuk mengetahui apakah tanggal 1 Ramadhan 1434 Hijriyah atau jatuh tanggal 9 Juli 2013.

Ketetapan itu harus melihat keadaan/posisi bulan dan matahari menjelang Maghrib 8 Juli 2013.

Dari hasil tayangan software Stellarium, hilal sudah wujud namun akan mustahil tampak di nusantara, sebab posisi hilal sangat dekat dengan matahari yang jauh lebih terang dari pada bulan sabitnya.

Dari lampiran hisab Moonsighting, dapat diketahui bahwa pada 8 Juli 2013 daerah yang mungkin tampak hilal adalah Amerika Selatan. Sedangkan pada saat itu di Tanah Air sudah melampaui waktu Isya.

Artinya, untuk Amerika Selatan tanggal 1 Ramadan jatuh pada 9 Juli namun mulai dari Fiji dan Australia, 1 Ramadan jatuh pada tanggal 10 Juli, berdasarkan metode rukyatul hilal.

"Perbedaan ini adalah persoalan ijtihadiyah, hendaklah semua pihak bisa bertoleransi atas perbedaan yang ada," kata Mawardi menambahkan.

(EM*A054/M009)