Warga Mesir turun ke jalan dukung revolusi militer
8 Juli 2013 11:22 WIB
Demonstran yang menentang Presiden Mesir Muhammad Mursi meneriakkan yel-yel menentang Mursi dan Ikhwanul Muslimin di Lapangan Tahrir, Kairo, Minggu (30/6). Demonstrasi besar-besaran di Mesir, Minggu kemarin, dapat menentukan masa depan negara tersebut, dua setengah tahun setelah rakyat Mesir menggulingkan diktator yang mereka sebut firaun dan mengantarkan mereka ke dalam demokrasi yang cacat akibat perbedaan kubu. (REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)
Kairo (ANTARA News) - Ratusan ribu orang berpawai di seantero Mesir pada hari Minggu untuk mendukung penggulingan yang dilakukan militer terhadap Presiden Mohamed Moursi, yang didukung Ichwanul Muslimin.
Sementara itu, pemerintahan sementara mengatakan pihaknya akan mengumumkan perdana menteri yang baru dalam waktu satu hari ini.
Pawai berlangsung dua hari setelah unjuk rasa oleh kalangan Islamis berubah menjadi pertumpahan darah.
Pawai juga berlangsung di saat seorang pejabat tinggi mengatakan, perdana menteri baru akan diumumkan pada Senin ini, sebagaimana dinyatakan AFP.
Presiden sementara, Adly Mansour, mengarahkan pilihannya pada ahli hukum haluan tengah-kiri Ziad Bahaa Eldin sebagai perdana menteri dan pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Mohamed ElBaradei, sebagai wakil presiden, demikian dikatakan penasihat media kepresidenan, Ahmed al-Muslimani.
Jika benar, Mansour berarti mengambil seorang teknokrat tanpa terbebani ElBaradei, yang pencalonannya telah membuat marah Islamis Salafi dalam koalisi goyah yang mendukung penggulingan Moursi oleh militer pada Rabu lalu.
Kalangan Salafi mengatakan ElBaradei, yang dilihat sebagai sosok sekuler yang bersemangat dan musuh utama Moursi yang islamis, akan menjadi presiden yang memecah belah persatuan.
Bahaa Eldin, yang merupakan putera seorang penulis terkemuka, akan mengemban tugas sangat besar dalam menciptakan persatuan bagi Mesir yang baru, hanya beberapa hari setelah militer mendepak Moursi.
Perkembangan tersebut muncul di saat jumlah warga yang berada pada gelombang unjuk rasa membengkak hingga sekira 250.000 orang di Lapangan Tahrir di Kairo, pusat berlangsungnya revolusi tahun 2011 yang menurunkan presiden Hosni Mubarak dari jabatannya.
Pesawat-pesawat militer terus berputar-putar di ibukota negara, dengan formasi membuat jejak berupa asap dengan warna hitam, putih dan merah --warna bendera Mesir.
"Kita turun ke jalan untuk memperlihatkan kepada dunia, ini adalah revolusi rakyat dan bukan kudeta yang menggulingkan" Morsi pada hari Rabu, kata seorang guru yang menyebut namanya sebagai Magda.
Banyak spanduk menunjukkan kemarahan para pengunjuk rasa terhadap Amerika Serikat karena apa yang mereka lihat sebagai dukungan bagi Moursi.
Kemarahan juga ditujukan terhadap pemberitaan media Amerika yang menggambarkan pemecatan Morsi sebagai sebuah kudeta.
"Amerika, kalian seharusnya malu! Ini revolusi, bukan kudeta!" demikian bunyi sebuah spanduk. Teriakan ungkapan yang sama juga terdengar di Tahrir secara terus menerus.
Warga-warga lainnya yang berunjuk rasa mengacung-acungkan foto kepala militer Abdel Fattah al-Sisi, jenderal di balik penumbangan Moursi.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama bersikeras bahwa negaranya tidak memiliki hubungan dengan partai politik ataupun kelompok manapun di Mesir setelah kepemimpinan Morsi terguling.
Gerakan Tamarod, perancang aksi unjuk rasa 30 Juni lalu yang memuncak menjadi penggulingan Moursi, memimpin penggalangan warga untuk berkumpul di Tahrir dan istana kepresidenan Ittihadiya untuk "menyempurnakan revolusi".
(T008/H-AK)
Sementara itu, pemerintahan sementara mengatakan pihaknya akan mengumumkan perdana menteri yang baru dalam waktu satu hari ini.
Pawai berlangsung dua hari setelah unjuk rasa oleh kalangan Islamis berubah menjadi pertumpahan darah.
Pawai juga berlangsung di saat seorang pejabat tinggi mengatakan, perdana menteri baru akan diumumkan pada Senin ini, sebagaimana dinyatakan AFP.
Presiden sementara, Adly Mansour, mengarahkan pilihannya pada ahli hukum haluan tengah-kiri Ziad Bahaa Eldin sebagai perdana menteri dan pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Mohamed ElBaradei, sebagai wakil presiden, demikian dikatakan penasihat media kepresidenan, Ahmed al-Muslimani.
Jika benar, Mansour berarti mengambil seorang teknokrat tanpa terbebani ElBaradei, yang pencalonannya telah membuat marah Islamis Salafi dalam koalisi goyah yang mendukung penggulingan Moursi oleh militer pada Rabu lalu.
Kalangan Salafi mengatakan ElBaradei, yang dilihat sebagai sosok sekuler yang bersemangat dan musuh utama Moursi yang islamis, akan menjadi presiden yang memecah belah persatuan.
Bahaa Eldin, yang merupakan putera seorang penulis terkemuka, akan mengemban tugas sangat besar dalam menciptakan persatuan bagi Mesir yang baru, hanya beberapa hari setelah militer mendepak Moursi.
Perkembangan tersebut muncul di saat jumlah warga yang berada pada gelombang unjuk rasa membengkak hingga sekira 250.000 orang di Lapangan Tahrir di Kairo, pusat berlangsungnya revolusi tahun 2011 yang menurunkan presiden Hosni Mubarak dari jabatannya.
Pesawat-pesawat militer terus berputar-putar di ibukota negara, dengan formasi membuat jejak berupa asap dengan warna hitam, putih dan merah --warna bendera Mesir.
"Kita turun ke jalan untuk memperlihatkan kepada dunia, ini adalah revolusi rakyat dan bukan kudeta yang menggulingkan" Morsi pada hari Rabu, kata seorang guru yang menyebut namanya sebagai Magda.
Banyak spanduk menunjukkan kemarahan para pengunjuk rasa terhadap Amerika Serikat karena apa yang mereka lihat sebagai dukungan bagi Moursi.
Kemarahan juga ditujukan terhadap pemberitaan media Amerika yang menggambarkan pemecatan Morsi sebagai sebuah kudeta.
"Amerika, kalian seharusnya malu! Ini revolusi, bukan kudeta!" demikian bunyi sebuah spanduk. Teriakan ungkapan yang sama juga terdengar di Tahrir secara terus menerus.
Warga-warga lainnya yang berunjuk rasa mengacung-acungkan foto kepala militer Abdel Fattah al-Sisi, jenderal di balik penumbangan Moursi.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama bersikeras bahwa negaranya tidak memiliki hubungan dengan partai politik ataupun kelompok manapun di Mesir setelah kepemimpinan Morsi terguling.
Gerakan Tamarod, perancang aksi unjuk rasa 30 Juni lalu yang memuncak menjadi penggulingan Moursi, memimpin penggalangan warga untuk berkumpul di Tahrir dan istana kepresidenan Ittihadiya untuk "menyempurnakan revolusi".
(T008/H-AK)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: