Amman (ANTARA News/AFP) - Ulama berhaluan keras, Abu Qatada, tiba di Yordania untuk menghadapi tuduhan teror pada Minggu, setelah Inggris mendeportasinya sekaligus mengakhiri sengketa hukum satu dasawarsa untuk mengusir tokoh yang pernah disebut wakil Osama bin Laden di Eropa itu.

Ulama berusia 53 tahun itu diserahkan ke penuntut umum setelah mendarat di pangkalan militer Marka di timur Amman.

Penuntut umum siap mengadili kembali Qatada atas tuduhan yang menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup tanpa kehadirannya dalam persidangan (in absentia).

"Abu Qatada diserahkan ke pihak penguasa setelah tiba di Amman. Mereka sekarang menginterogasinya menjelang diadili kembali," kata Menteri Penerangan Yordania, Mohammad Momani, kepada kantor berita Petra.

Ia menimpali, "Pengadilan atas dirinya dilakukan sesuai dengan standar internasional, melindungi hak-hak asasinya, dan menjamin keadilan, kejujuran, kredibilitas dan transparan."

Ayah Abu Qatada, saudara dan para anggota keluarganya menunggu kedatangan ulama itu di luar pengadilan militer dekat bandara, kata seorang fotografer AFP.

"Dia akan diadili segera dan para penuntut akan membacakan dakwaan-dakwaan," kata Hussein Omari, pengacara di Adaleh for Human Rights Studies yang berkedudukan di Amman, yang akan memantau pengadilan kembali Qatada.

Semula Qatada dijatuhi hukuman mati in absenstia pada 1999 karena berkomplot melakukan serangkaian serangan teror, termasuk atas sekolah Amerika Serikat (AS) di Amman. Namun, ia kemudian divonis hukuman seumur hidup dengan kerja paksa.

Pada 2000, ia dihukum 15 tahun karena bersekongkol melakukan serangan teror terhadap turis-turis dalam perayaan ganti abad di Jordania.

Ulama garis keras itu telah keluar masuk penjara Inggris sejak tahun 2002, kendatipun tidak pernah dihukum atas tindak kejahatan, dan London telah berusaha mendeportasinya sejak 2005.

Pengadilan Inggris dan Eropa menghambat pendeportasiannya dengan alasan bukti mungkin akan digunakan terhadapnya bahwa Qatada mengalami penyiksaan dalam penjara.

Setelah bertahun sengketa hukum, para pengacaranya secara tidak terduga pada Mei mengatakan bahwa Qatada akan pulang apabila perjanjian peradilan yang jujur diratifikasi oleh parlemen Jordania.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron, sebelumnya mengatakan ia merupakan "salah seorang yang paling gembira di Inggris" apabila Abu Qatada akhirnya dideportasi.

Istri Qatada dan lima anaknya diperkirakan akan tetap tinggal di Inggris, tempat mereka datang pertama kali tahun 1993 untuk mencari suaka.

Abu Qatada lahir di Bethlehem, Tepi Barat, yang diduduki Israel. Ia adalah warga Yordania, karena kota itu adalah bagian dari Yordania ketika dirinya lahir.

Ia dibawa dari penjara menggunakan kendaraan lapis baja polisi ke lapangan terbang militer di pinggiran London, tempat ia dinaikkan ke jet swasta carteran, yang lepas landas pada malam hari, kata saksi.

Inggris akhirnya dapat mendeportasi ayah dari lima anak itu setelah kedua pemerintah bulan lalu secara resmi menyetujui satu perjanjian yang menjamin bukti penyiksaan terhadapnya tidak akan digunakan terhadapnya dalam setiap penyidangan ulang.

Menteri Dalam Negeri Inggris, Theresa May, mengatakan pendeportasian terhadapnya membuktikan bahwa usaha-usaha pemerintah untuk mendeportasinya akan "disambut baik oleh publik Inggris".

"Orang yang berbahaya ini kini telah disingkirkan dari negara kita untuk menghadapi sidang pengadilan di negaranya sendiri," katanya.

Ia mengemukakan hal itu dalam satu pernyataan yang disiarkan beberapa saat setelah pesawat, yang membawa Qatada lepas landas.
(U.M016)