32 orang tewas akibat bentrokan di Mesir
7 Juli 2013 01:43 WIB
ilustrasi Pengunjuk rasa yang mendukung Presiden Mesir Mohamed Mursi yang digulingkan mengelilingi seorang pengunjuk rasa yang terluka dalam bentrokan di depan gedung Pengawal Republik di Kairo, Jumat (5/7). (REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)
Kairo (ANTARA News) - Sedikitnya 32 orang tewas dan lebih dari 1.100 orang cedera, Jumat malam, di Mesir, selama bentrokan antara penentang dan pendukung presiden terguling Mohamed Moursi di seluruh negeri itu, kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan.
"Sebanyak 32 orang tewas, dan 1.138 orang lagi cedera dalam bentrokan pada Jumat di 19 gubernuran. Sebanyak 1.076 di antara mereka dipindah ke beberapa rumah sakit terdekat, sementara 62 orang lagi dirawat di lokasi," kata Mohamed Sultan, Kepala Divisi Ambulans Mesir, kepada Xinhua, Sabtu.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan, tujuh orang tewas di Ibu Kota Mesir --Kairo, 12 orang tewas di Iskandariyah, satu di Assiut, satu di Giza, satu di Suez, enam di Sinai Utara termasuk empat orang yang baru direktur, empat di Ismailiah dan ratusan orang cedera di gubernuran lain.
Kerusuhan di seluruh Mesir dipicu oleh pernyataan Angkatan Bersenjata, yang menggulingkan presiden yang berorientasi Islam, Mohamed Moursi, pada Rabu (4/7), sebagai reaksi terhadap protes massal di seluruh negeri tersebut guna menuntut penggulingan Moursi.
Pendukung Moursi dari kubu Islam menolak penggulingan itu dan mencapnya sebagai kudeta militer. Mereka berikrar akan berjuang bagi keabsahan Moursi.
Pada Jumat malam, bentrokan sengit terjadi antara penentang dan pendukung Moursi, ketika massa pendukung Moursi berpawai ke Jembatan 6 Oktober di dekat Bundaran At-Tahrir, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam. Mereka bermaksud mendatangani gedung TV resmi guna memprotes penggulingan Moursi, tapi di dekat Bundaran At-Tahrir mereka dicegat oleh penentang Moursi yang telah merayakan penggulingannya di bundaran yang menjadi "lambang perjuangan" tersebut.
Pada Sabtu dini hari, beberapa gerilyawan fanatik yang tak dikenal menyerang tiga pos pemeriksaan dan pasukan keamanan pusat di Kota Arish di Sinai Utara. Wartawan Xinhua melaporkan tak ada korban cedera mestkipun terjadi baku-tembak antara gerilyawan dan pasukan keamanan.
Pada Kamis larut malam (4/7), ratusan pria bersenjata menyerang Bandar Udara Arish, satu kamp keamanan di Rafah, satu kantor polisi dan dua pos pemeriksaan keamanan di Sheikh Zewaid dengan menggunakan senjata artileri dan granat berpeluncur roket (RPG) di Sinai Utara, sehingga seorang prajurit tewas dan tiga lagi cedera.
Protes yang berlanjut oleh satu juta orang di seluruh gubernuran Mesir adalah "jalur prakris guna melestarikan perolehan gelombang kedua revolusi Mesir", tambah pernyataan itu.
Rakyat Mesir, katanya, mesti mengawasi masa peralihan dan peta jalan militer guna mencegah penyimpangan.
Pemimpin oposisi Mohamed ElBaradei, yang dicalonkan untuk mengisi jabatan wakil presiden, pada Sabtu mengatakan, "Hubungan dengan Ikhwanul Muslimin --kelompok asal Moursi-- bukan kejahatan, dan campur tangan militer adalah pilihan yang tak terlalu menyakitkan."
"Pilihan lain adalah perang saudara," kata ElBaradei kepada harian Ash-Sharq Al-Awsat, yang berpusat di London, dan menambahkan itu "bukan kudeta militer".
ElBaradei juga mengatakan serangkaian penangkapan adalah "prosedur pencegahan dan keamanan" guna menghindari hasutan bagi kekerasan. Ia menyatakan Moursi "diperlakukan dengan cara yang sangat sopan oleh pasukan keamanan ketika ia ditahan".
Pada Rabu (4/7), militer Mesir mengumumkan penggulingan Moursi dan pengangkatan Adli Mansour --Kepala Mahkamah Tinggi Konstitusi-- sebagai presiden sementara selama masa peralihan.
Sejak itu, tokoh utama Ikhwanul Muslimin telah ditahan termasuk Mohamed Saad Al-Katatni --pemimpin Partai Kebebasan dan Keadilan, dan Rashad Al-Bayoumi --Wakil Ketua Ikhwanul Muslimin, dan beberapa anggota staf stasiun TV Islam.
Jaksa Agung Mesir Abdel-Meguid Mahmoud juga memerintahkan larangan bepergian atas presiden terguling itu dan 35 lagi tokoh Ikhwanul Muslimin dengan tuduhan "membunuh pemrotes".
(C003)
"Sebanyak 32 orang tewas, dan 1.138 orang lagi cedera dalam bentrokan pada Jumat di 19 gubernuran. Sebanyak 1.076 di antara mereka dipindah ke beberapa rumah sakit terdekat, sementara 62 orang lagi dirawat di lokasi," kata Mohamed Sultan, Kepala Divisi Ambulans Mesir, kepada Xinhua, Sabtu.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan, tujuh orang tewas di Ibu Kota Mesir --Kairo, 12 orang tewas di Iskandariyah, satu di Assiut, satu di Giza, satu di Suez, enam di Sinai Utara termasuk empat orang yang baru direktur, empat di Ismailiah dan ratusan orang cedera di gubernuran lain.
Kerusuhan di seluruh Mesir dipicu oleh pernyataan Angkatan Bersenjata, yang menggulingkan presiden yang berorientasi Islam, Mohamed Moursi, pada Rabu (4/7), sebagai reaksi terhadap protes massal di seluruh negeri tersebut guna menuntut penggulingan Moursi.
Pendukung Moursi dari kubu Islam menolak penggulingan itu dan mencapnya sebagai kudeta militer. Mereka berikrar akan berjuang bagi keabsahan Moursi.
Pada Jumat malam, bentrokan sengit terjadi antara penentang dan pendukung Moursi, ketika massa pendukung Moursi berpawai ke Jembatan 6 Oktober di dekat Bundaran At-Tahrir, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam. Mereka bermaksud mendatangani gedung TV resmi guna memprotes penggulingan Moursi, tapi di dekat Bundaran At-Tahrir mereka dicegat oleh penentang Moursi yang telah merayakan penggulingannya di bundaran yang menjadi "lambang perjuangan" tersebut.
Pada Sabtu dini hari, beberapa gerilyawan fanatik yang tak dikenal menyerang tiga pos pemeriksaan dan pasukan keamanan pusat di Kota Arish di Sinai Utara. Wartawan Xinhua melaporkan tak ada korban cedera mestkipun terjadi baku-tembak antara gerilyawan dan pasukan keamanan.
Pada Kamis larut malam (4/7), ratusan pria bersenjata menyerang Bandar Udara Arish, satu kamp keamanan di Rafah, satu kantor polisi dan dua pos pemeriksaan keamanan di Sheikh Zewaid dengan menggunakan senjata artileri dan granat berpeluncur roket (RPG) di Sinai Utara, sehingga seorang prajurit tewas dan tiga lagi cedera.
Protes yang berlanjut oleh satu juta orang di seluruh gubernuran Mesir adalah "jalur prakris guna melestarikan perolehan gelombang kedua revolusi Mesir", tambah pernyataan itu.
Rakyat Mesir, katanya, mesti mengawasi masa peralihan dan peta jalan militer guna mencegah penyimpangan.
Pemimpin oposisi Mohamed ElBaradei, yang dicalonkan untuk mengisi jabatan wakil presiden, pada Sabtu mengatakan, "Hubungan dengan Ikhwanul Muslimin --kelompok asal Moursi-- bukan kejahatan, dan campur tangan militer adalah pilihan yang tak terlalu menyakitkan."
"Pilihan lain adalah perang saudara," kata ElBaradei kepada harian Ash-Sharq Al-Awsat, yang berpusat di London, dan menambahkan itu "bukan kudeta militer".
ElBaradei juga mengatakan serangkaian penangkapan adalah "prosedur pencegahan dan keamanan" guna menghindari hasutan bagi kekerasan. Ia menyatakan Moursi "diperlakukan dengan cara yang sangat sopan oleh pasukan keamanan ketika ia ditahan".
Pada Rabu (4/7), militer Mesir mengumumkan penggulingan Moursi dan pengangkatan Adli Mansour --Kepala Mahkamah Tinggi Konstitusi-- sebagai presiden sementara selama masa peralihan.
Sejak itu, tokoh utama Ikhwanul Muslimin telah ditahan termasuk Mohamed Saad Al-Katatni --pemimpin Partai Kebebasan dan Keadilan, dan Rashad Al-Bayoumi --Wakil Ketua Ikhwanul Muslimin, dan beberapa anggota staf stasiun TV Islam.
Jaksa Agung Mesir Abdel-Meguid Mahmoud juga memerintahkan larangan bepergian atas presiden terguling itu dan 35 lagi tokoh Ikhwanul Muslimin dengan tuduhan "membunuh pemrotes".
(C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: