OJK: Aset asuransi komersial tumbuh di tengah ketidakpastian global
24 November 2023 11:05 WIB
Tangkapan layar Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Iwan Pasila dalam Indonesia Financial Sector Outlook 2024 di Jakarta, Jumat (24/11/2023), ANTARA/Sanya Dinda.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Iwan Pasila mengatakan aset asuransi komersial pada September 2023 tetap tumbuh 1,3 persen secara tahunan di tengah ketidakpastian global.
“Sampai September 2023 aset komersial masih tumbuh, ini mencapai sekitar Rp872,6 triliun atau tumbuh sekitar 1,3 persen secara tahunan,” kata Iwan dalam Indonesia Financial Sector Outlook 2024 di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor asuransi masih mampu memitigasi risiko dari kebijakan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara yang dipertahankan tinggi dan peningkatan tensi geopolitik.
Permodalan industri asuransi juga dinilai masih baik, sebagaimana tampak dari risk based capital (RBC) rata-rata perusahaan asuransi jiwa sebesar 415 persen dan asuransi umum sebesar 309 persen, atau jauh dari batas minimum sebesar 120 persen.
Namun demikian, pendapatan premi mengalami kontraksi 1,6 persen secara tahunan menjadi sekitar Rp228,5 triliun.
“Memang klaim industri asuransi juga menurun sekitar 2,2 persen secara tahunan,” katanya.
Ke depan industri asuransi nasional perlu mengantisipasi ketidakpastian global yang akan berpengaruh terhadap strategi pengelolaan investasi.
“Kami mengingatkan teman-teman di asuransi untuk tidak hanya berfokus kepada portofolio investasinya, tapi juga melihat dari sisi portofolio produknya. Karena jangan sampai kita hanya melihat dari sisi portofolio investasi, sementara mitigasi risiko yang kita bangun melalui pendapatan premi itu tidak diperhatikan dengan baik,” katanya.
Ke depan industri asuransi juga masih perlu memperkuat perlindungan konsumen serta memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan inklusi dan literasi masyarakat terkait asuransi.
“Dalam kerangka berpikir ini, seharusnya teknologi digital akan membantu kita meningkatkan penetrasi asuransi. Perkembangan teknologi yang masih juga menuntut asuransi memanfaatkan momentum,” katanya.
Baca juga: OJK: Teknologi digital bantu efisiensi perusahaan asuransi
Baca juga: Kadin gandeng USAID kembangkan produk asuransi bencana mikro
Baca juga: Wapres: Asuransi syariah memitigasi risiko di tengah dinamika global
“Sampai September 2023 aset komersial masih tumbuh, ini mencapai sekitar Rp872,6 triliun atau tumbuh sekitar 1,3 persen secara tahunan,” kata Iwan dalam Indonesia Financial Sector Outlook 2024 di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor asuransi masih mampu memitigasi risiko dari kebijakan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara yang dipertahankan tinggi dan peningkatan tensi geopolitik.
Permodalan industri asuransi juga dinilai masih baik, sebagaimana tampak dari risk based capital (RBC) rata-rata perusahaan asuransi jiwa sebesar 415 persen dan asuransi umum sebesar 309 persen, atau jauh dari batas minimum sebesar 120 persen.
Namun demikian, pendapatan premi mengalami kontraksi 1,6 persen secara tahunan menjadi sekitar Rp228,5 triliun.
“Memang klaim industri asuransi juga menurun sekitar 2,2 persen secara tahunan,” katanya.
Ke depan industri asuransi nasional perlu mengantisipasi ketidakpastian global yang akan berpengaruh terhadap strategi pengelolaan investasi.
“Kami mengingatkan teman-teman di asuransi untuk tidak hanya berfokus kepada portofolio investasinya, tapi juga melihat dari sisi portofolio produknya. Karena jangan sampai kita hanya melihat dari sisi portofolio investasi, sementara mitigasi risiko yang kita bangun melalui pendapatan premi itu tidak diperhatikan dengan baik,” katanya.
Ke depan industri asuransi juga masih perlu memperkuat perlindungan konsumen serta memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan inklusi dan literasi masyarakat terkait asuransi.
“Dalam kerangka berpikir ini, seharusnya teknologi digital akan membantu kita meningkatkan penetrasi asuransi. Perkembangan teknologi yang masih juga menuntut asuransi memanfaatkan momentum,” katanya.
Baca juga: OJK: Teknologi digital bantu efisiensi perusahaan asuransi
Baca juga: Kadin gandeng USAID kembangkan produk asuransi bencana mikro
Baca juga: Wapres: Asuransi syariah memitigasi risiko di tengah dinamika global
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: