Mahasiswa UMM kembangkan Xanthan gum dari limbah tapioka dan bulu ayam
23 November 2023 17:57 WIB
Mahasiswa Prodi Teknik Pangan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mengembangkan xanthan gum dengan bahan baku limbah tapioka dan bulu ayam (ANTARA/HO/UMM/End)
Malang (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan inovasi xanthan gum dengan bahan baku dari limbah tapioka dan bulu ayam.
Xanthan gum biasanya digunakan sebagai bahan pengental makanan untuk saus dan es krim. Saat ini, xanthan gum terbuat dari hasil fermentasi xanthomonas campestris melalui proses kimia substrat sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen.
Ketua Tim Xanthan Gum UMM, Salsabila Tazkiyatul Kamila di Malang, Jawa Timur, Kamis, mengatakan limbah tapioka digunakan untuk menggantikan peran menjadi sumber karbon pada xanthan gum. Sedangkan bulu ayam yang dihaluskan berperan sebagai pengganti nitrogen.
Ia mengatakan membutuhkan proses yang panjang untuk mendapatkan pepton bulu ayam yang diinginkan dalam inovasi ini. "Harus memperhatikan kebersihan dalam pembuatannya, mengingat makanan tersebut dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, bulu ayam dicuci hingga bersih dan dikeringkan dengan sempurna. Jika gagal akan terbuang sia-sia,” ujarnya.
Salsa mengatakan proses ini memerlukan beberapa tahapan higienitas, di antaranya ukuran bulu ayam diperkecil setelah dibersihkan menggunakan desinfektan dan air mengalir. Selesai dari itu, bulu ayam dihidrolisis di dalam water bath laboratorium yang menggunakan NaOH untuk menetralkan PH yang dimiliki bulu ayam.
Kemudian, ditambahkan larutan NaCl agar menetralkan bahan yang dipakai. Dilanjutkan menggunakan vacuum pump untuk menghilangkan gas dan udara yang dimiliki, terakhir menghaluskan bulu ayam untuk mendapatkan bubuk pengganti nitrogen.
“Proses mendapatkan pepton yang diinginkan lumayan memakan waktu, karena perlu melihat cuaca dan juga lamanya dalam proses di laboratorium," kata mahasiswa Prodi Teknik Pangan angkatan 2020 tersebut.
Tidak hanya itu, lanjutnya, juga diperlukan takaran limbah tapioka sebanyak 0,4 gram serta suhu 80 derajat Celsius dapat membangunkan bakteri sebanyak 5 ml yang akan digunakan dalam pembuatan inovasi ini. Paling tidak membutuhkan 80 menit untuk pengeringan pertama.
Ia berharap penemuannya ini bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius seperti uji kelayakan. Apalagi, melihat fakta bahwa bahan yang mereka gunakan tidak pernah terpikirkan oleh peneliti lainnya.
“Tentu harus ada uji kelayakan sebelum digunakan, sehingga inovasi ini tidak hanya bagus karena menggunakan limbah tapioka dan bulu ayam, tapi juga benar-benar bermanfaat dan tidak membahayakan,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UMM kembangkan alat pendeteksi kualitas air tambak udang
Baca juga: Mahasiswa UMM ciptakan alat pemberi pakan ayam otomatis berbasis IoT
Baca juga: Reruntuhan bangunan "disulap" mahasiswa UMM jadi beton daur ulang
Xanthan gum biasanya digunakan sebagai bahan pengental makanan untuk saus dan es krim. Saat ini, xanthan gum terbuat dari hasil fermentasi xanthomonas campestris melalui proses kimia substrat sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen.
Ketua Tim Xanthan Gum UMM, Salsabila Tazkiyatul Kamila di Malang, Jawa Timur, Kamis, mengatakan limbah tapioka digunakan untuk menggantikan peran menjadi sumber karbon pada xanthan gum. Sedangkan bulu ayam yang dihaluskan berperan sebagai pengganti nitrogen.
Ia mengatakan membutuhkan proses yang panjang untuk mendapatkan pepton bulu ayam yang diinginkan dalam inovasi ini. "Harus memperhatikan kebersihan dalam pembuatannya, mengingat makanan tersebut dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, bulu ayam dicuci hingga bersih dan dikeringkan dengan sempurna. Jika gagal akan terbuang sia-sia,” ujarnya.
Salsa mengatakan proses ini memerlukan beberapa tahapan higienitas, di antaranya ukuran bulu ayam diperkecil setelah dibersihkan menggunakan desinfektan dan air mengalir. Selesai dari itu, bulu ayam dihidrolisis di dalam water bath laboratorium yang menggunakan NaOH untuk menetralkan PH yang dimiliki bulu ayam.
Kemudian, ditambahkan larutan NaCl agar menetralkan bahan yang dipakai. Dilanjutkan menggunakan vacuum pump untuk menghilangkan gas dan udara yang dimiliki, terakhir menghaluskan bulu ayam untuk mendapatkan bubuk pengganti nitrogen.
“Proses mendapatkan pepton yang diinginkan lumayan memakan waktu, karena perlu melihat cuaca dan juga lamanya dalam proses di laboratorium," kata mahasiswa Prodi Teknik Pangan angkatan 2020 tersebut.
Tidak hanya itu, lanjutnya, juga diperlukan takaran limbah tapioka sebanyak 0,4 gram serta suhu 80 derajat Celsius dapat membangunkan bakteri sebanyak 5 ml yang akan digunakan dalam pembuatan inovasi ini. Paling tidak membutuhkan 80 menit untuk pengeringan pertama.
Ia berharap penemuannya ini bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius seperti uji kelayakan. Apalagi, melihat fakta bahwa bahan yang mereka gunakan tidak pernah terpikirkan oleh peneliti lainnya.
“Tentu harus ada uji kelayakan sebelum digunakan, sehingga inovasi ini tidak hanya bagus karena menggunakan limbah tapioka dan bulu ayam, tapi juga benar-benar bermanfaat dan tidak membahayakan,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UMM kembangkan alat pendeteksi kualitas air tambak udang
Baca juga: Mahasiswa UMM ciptakan alat pemberi pakan ayam otomatis berbasis IoT
Baca juga: Reruntuhan bangunan "disulap" mahasiswa UMM jadi beton daur ulang
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: