Kemendag impor 9.000 ton cabe rawit dari China
5 Juli 2013 11:56 WIB
Erwati (50) menunjukkan cabe rawit yang rusak dari lahan cabe siap panen miliknya di Desa Petungsewu, Dau, Malang, Jawa Timur, Kamis (4/7). Akibat banyaknya lahan cabe yang rusak di berbagai daerah serta tingginya permintaan di pasaran membuat harga komoditas tersebut melonjak dari 10.000 menjadi 50 ribu rupiah per kilogram. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Jakarta (ANTARA News) - Melonjaknya harga cabe rawit jelang Ramadan membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengambil langkah impor cabe sebanyak 9.000 ton dari China dan Vietnam.
"Harga cabe mahal disebabkan adanya gagal panen di beberapa daerah akibat cuaca terlalu basah," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Srie Agustina, pada pembukaan "Pasar Murah Sarinah" di parkir barat Gedung Sarinah, Jakarta, Jumat.
Pengambilan keputusan impor tersebut, menurut Srie merupakan rekomendasi dari Kementrian Pertanian (Kementan).
Gagal panen diperkirakan menjadi penyebab berkurangnya pasokan cabe. Pasokan cabe ke pasaran berkurang 20 hingga 40 persen sehingga harga pun naik.
Beberapa waktu lalu, harga cabe di beberapa daerah melonjak tajam, seperti di Cilacap cabe rawit dijual eceran seharga Rp200/biji.
"Harga cabe mahal disebabkan adanya gagal panen di beberapa daerah akibat cuaca terlalu basah," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Srie Agustina, pada pembukaan "Pasar Murah Sarinah" di parkir barat Gedung Sarinah, Jakarta, Jumat.
Pengambilan keputusan impor tersebut, menurut Srie merupakan rekomendasi dari Kementrian Pertanian (Kementan).
Gagal panen diperkirakan menjadi penyebab berkurangnya pasokan cabe. Pasokan cabe ke pasaran berkurang 20 hingga 40 persen sehingga harga pun naik.
Beberapa waktu lalu, harga cabe di beberapa daerah melonjak tajam, seperti di Cilacap cabe rawit dijual eceran seharga Rp200/biji.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: