Peneliti menumbuhkan miniatur hati manusia pada tikus
5 Juli 2013 11:33 WIB
Anatomi hati manusia. Menurut artikel di laman jurnal Nature, tahun 2011, sebanyak 5.805 transplantasi hati dilakukan di Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, sebanyak 2.938 orang meninggal dunia selama menunggu hati baru. (www.commons.wikimedia.org)
Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti membuat "tunas hati" dari sel punca manusia dan mencangkokkannya pada tikus untuk mengembalikan fungsi hatinya.
Takanori Takebe, ahli biologi sel punca di Yokohama City University, Jepang, yang memimpin studi itu yakin bahwa ini pertama kali orang membuat organ solid menggunakan induksi sel punca pluripotent yang dibuat dengan memprogram ulang sel-sel kulit matang menjadi satu keadaan serupa embrio.
Tunas hati berukuran lintang mendekati empat mm itu memberikan peluang keselamatan bagi tikus dengan kegagalan fungsi hati, demikian laporan para peneliti dalam jurnal Nature edisi pekan ini.
Struktur transplantasi itu memulihkan serangkaian fungsi hati seperti mengeluarkan protein hati spesifik dan menghasilkan metabolit spesifik pada manusia.
Tunas-tunas itu juga dengan cepat tersambung dengan pembuluh darah terdekat dan terus tumbuh setelah transplantasi.
Namun, menurut Tanabe, masih butuh bertahun-tahun lagi untuk menguji apakah tunas-tunas hati bisa membantu pasien dengan kegagalan fungsi hati.
Selain kebutuhan percobaan yang lebih lama pada binatang, katanya, saat ini belum memungkinkan untuk membuat tunas hati dalam jumlah memadai untuk transplantasi manusia.
Dalam penelitian terbaru, Takebe melakukan operasi untuk mentransplantasikan tunashat pada lokasi di cranium atau abdomen.
Pada masa mendatang, Takebe berharap bisa membuat tunas hati yang cukup kecil untuk dimasukkan melalui urat nadi ke tubuh tikus, dan pada akhirnya ke manusia.
Dia juga berharap bisa mencangkokkannya ke hati, tempat yang dia harap akan membentuk saluran empedu, yang sangat penting untuk pencernaan dan belum diamati dalam studi terakhir.
Meski baru pada tahap awal, hasil penelitian itu menawarkan jalan potensial untuk mengembangkan penanganan ribuan pasien yang setiap tahun menanti transplantasi hati.
Hasil itu masih dalam tahap awal tapi menjanjikan, kata Valerie Gouon-Evans, yang mempelajari pengembangan dan regenerasi hati di Mount Sinai Hospital, New York.
"Ini sesuatu yang sangat baru," katanya dalam artikel Monya Baker di laman jurnal ilmiah Nature.
Karena tunas hati didukung oleh sistem peredaran darah induk, sel-sel yang dicangkokkan bisa melanjutkan perkembangbiakan dan menjalankan fungsi hati.
Namun demikian, Gouon-Evans menjelaskan, binatang yang menjalani pencangkokan harus diamati dalam beberapa bulan untuk melihat apakah sel-sel itu mulai memburuk atau membentuk tumor.
Takanori Takebe, ahli biologi sel punca di Yokohama City University, Jepang, yang memimpin studi itu yakin bahwa ini pertama kali orang membuat organ solid menggunakan induksi sel punca pluripotent yang dibuat dengan memprogram ulang sel-sel kulit matang menjadi satu keadaan serupa embrio.
Tunas hati berukuran lintang mendekati empat mm itu memberikan peluang keselamatan bagi tikus dengan kegagalan fungsi hati, demikian laporan para peneliti dalam jurnal Nature edisi pekan ini.
Struktur transplantasi itu memulihkan serangkaian fungsi hati seperti mengeluarkan protein hati spesifik dan menghasilkan metabolit spesifik pada manusia.
Tunas-tunas itu juga dengan cepat tersambung dengan pembuluh darah terdekat dan terus tumbuh setelah transplantasi.
Namun, menurut Tanabe, masih butuh bertahun-tahun lagi untuk menguji apakah tunas-tunas hati bisa membantu pasien dengan kegagalan fungsi hati.
Selain kebutuhan percobaan yang lebih lama pada binatang, katanya, saat ini belum memungkinkan untuk membuat tunas hati dalam jumlah memadai untuk transplantasi manusia.
Dalam penelitian terbaru, Takebe melakukan operasi untuk mentransplantasikan tunashat pada lokasi di cranium atau abdomen.
Pada masa mendatang, Takebe berharap bisa membuat tunas hati yang cukup kecil untuk dimasukkan melalui urat nadi ke tubuh tikus, dan pada akhirnya ke manusia.
Dia juga berharap bisa mencangkokkannya ke hati, tempat yang dia harap akan membentuk saluran empedu, yang sangat penting untuk pencernaan dan belum diamati dalam studi terakhir.
Meski baru pada tahap awal, hasil penelitian itu menawarkan jalan potensial untuk mengembangkan penanganan ribuan pasien yang setiap tahun menanti transplantasi hati.
Hasil itu masih dalam tahap awal tapi menjanjikan, kata Valerie Gouon-Evans, yang mempelajari pengembangan dan regenerasi hati di Mount Sinai Hospital, New York.
"Ini sesuatu yang sangat baru," katanya dalam artikel Monya Baker di laman jurnal ilmiah Nature.
Karena tunas hati didukung oleh sistem peredaran darah induk, sel-sel yang dicangkokkan bisa melanjutkan perkembangbiakan dan menjalankan fungsi hati.
Namun demikian, Gouon-Evans menjelaskan, binatang yang menjalani pencangkokan harus diamati dalam beberapa bulan untuk melihat apakah sel-sel itu mulai memburuk atau membentuk tumor.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013
Tags: