Dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis, keduanya diundang atas partisipasi aktifnya dalam mengkampanyekan perluasan akses pendidikan bagi anak-anak.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, saat menerima Nurul dan Dina di kediamannya di Jakarta, Kamis ini mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi dua remaja Indonesia itu.
"Semangat Malala harus juga menjadi daya dorong bagi masyarakat Indonesia dalam memperjuangkan pendidikan bagi semua anak, termasuk anak perempuan," kata Linda.
Peringatan Malala Daya dilangsungkan bertepatan dengan hari ulang tahun ke-16 Malala Yousafzai, gadis asal Pakistan yang ditembak kelompok Taliban di Pakistan dalam usahanya memperjuangkan kesamaan derajat antara pria dan wanita untuk mengemban ilmu di sekolah.
Linda juga sempat menyematkan pin Merah Putih kepada Nurul dan Dina yang akan bertolak ke Amerika Serikat. Hal itu dilakukan sebagai bentuk dukungan Pemerintah Indonesia atas terpilihnya kedua remaja tersebut di perayaan Malala Day. "Tolong sampaikan salam saya kepada Malala. Perjuangan Malala mampu menginspirasi banyak orang di Indonesia," ujarnya.
Nurul (16) merupakan Duta Because I Am A Girl (BIAAG) Plan Indonesia, yang mengkampanyekan pemberdayaan anak perempuan di Indonesia. Sementara Dina adalah anak dampingan Plan Indonesia untuk kampanye Learn Without Fear (Balajar tanpa Rasa Takut) melalui kegiatan sepakbola.
Nurul menuturkan bahwa ia dan sejumlah kawan dari seluruh dunia akan berkumpul di peringatan ulang tahun Malala itu. Kesempatan itu akan digunakan untuk menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi anak perempuan.
"Apa yang dialami Malala menunjukkan bahwa perluasan akses pendidikan bagi anak perempuan di beberapa belahan dunia masih membutuhkan perjuangan," katanya.
Perluasan Akses Pendidikan Dalam kesempatan itu, Menneg PP/PA Linda Gumelar juga menjelaskan mulai 2013-2014, pemerintah memperbesar anggaran bantuan bagi siswa dari keluarga tak mampu sebagai upaya perluasan akses pendidikan bagi anak-anak di tanah air.
"Tahun lalu, penerima program Bantuan Siswa Miskin (BSM) hanya 8,7 juta siswa. Tahun ini, jumlah penerima BSM meningkat menjadi 16,6 juta siswa di seluruh Indonesia," ujarnya. Linda berharap upaya ini bisa menekan kasus anak putus sekolah.