Dirut PLN ungkap inovasi hasilkan hidrogen hijau
22 November 2023 09:49 WIB
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan sambutan saat peresmian 21 unit "green hydrogen plant" (GHP) tersebar di seluruh Indonesia di Jakarta, Senin (20/11/2023). ANTARA/HO-PLN
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan inovasi yang dilakukan perseroan untuk memproduksi hidrogen hijau sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan.
PLN saat ini mampu memproduksi 199 ton hidrogen hijau. Hidrogen tersebut diproduksi melalui 21 green hydrogen plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi bersama Kementerian ESDM dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Karya Inovasi ini kami lakukan dalam menjawab transisi energi. Memaksimalkan existing facility yang ada di pembangkit-pembangkit thermal kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen EBT (energi baru terbarukan) menjadi green hydrogen," kata Darmawan di Jakarta, Rabu.
Darmawan menjelaskan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sudah memiliki hydrogen plant dengan electrolyzer. Alat tersebut digunakan untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator pembangkit listrik.
Dari 21 unit hydrogen plant tersebut, dapat menghasilkan 199 ton per tahun, namun hanya 75 ton per tahun yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan generator pembangkit listrik.
"Kami melihat ada peluang untuk memanfaatkan hidrogen ini sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami, sekaligus mendukung transisi energi," ucapnya.
Melihat potensi yang ada tersebut, PLN selanjutnya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit PLN ditambah dengan renewable energy certificate (REC) dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia. Dengan cara tersebut, PLN dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.
"Dengan inovasi tersebut, selain untuk pendingin generator pembangkit, green hydrogen kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit hingga untuk fuel cell electric vehicle (FCEV)," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, untuk mengembangkan rantai pasok green hydrogen di Indonesia, PLN juga tengah mengembangkan infrastruktur hydrogen refueling station (HRS), yang nantinya akan digunakan untuk pengisian daya FCEV.
Sedangkan, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan saat ini PLN Indonesia Power tengah menyiapkan HRS sebagai pilot project di daerah Senayan, Jakarta.
"Ini akan menjadi hydrogen refueling station pertama di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan yaitu mobil hidrogen," ujar Edwin.
Baca juga: Pemerintah dukung PLN kembangkan hidrogen jadi bahan bakar alternatif
Baca juga: PLN resmikan 21 unit "green hydrogen plant" dukung transisi energi
Baca juga: Indonesia butuh banyak kolaborasi untuk tumbuhkan ekosistem hidrogen
PLN saat ini mampu memproduksi 199 ton hidrogen hijau. Hidrogen tersebut diproduksi melalui 21 green hydrogen plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi bersama Kementerian ESDM dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Karya Inovasi ini kami lakukan dalam menjawab transisi energi. Memaksimalkan existing facility yang ada di pembangkit-pembangkit thermal kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen EBT (energi baru terbarukan) menjadi green hydrogen," kata Darmawan di Jakarta, Rabu.
Darmawan menjelaskan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sudah memiliki hydrogen plant dengan electrolyzer. Alat tersebut digunakan untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator pembangkit listrik.
Dari 21 unit hydrogen plant tersebut, dapat menghasilkan 199 ton per tahun, namun hanya 75 ton per tahun yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan generator pembangkit listrik.
"Kami melihat ada peluang untuk memanfaatkan hidrogen ini sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami, sekaligus mendukung transisi energi," ucapnya.
Melihat potensi yang ada tersebut, PLN selanjutnya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit PLN ditambah dengan renewable energy certificate (REC) dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia. Dengan cara tersebut, PLN dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.
"Dengan inovasi tersebut, selain untuk pendingin generator pembangkit, green hydrogen kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit hingga untuk fuel cell electric vehicle (FCEV)," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, untuk mengembangkan rantai pasok green hydrogen di Indonesia, PLN juga tengah mengembangkan infrastruktur hydrogen refueling station (HRS), yang nantinya akan digunakan untuk pengisian daya FCEV.
Sedangkan, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan saat ini PLN Indonesia Power tengah menyiapkan HRS sebagai pilot project di daerah Senayan, Jakarta.
"Ini akan menjadi hydrogen refueling station pertama di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan yaitu mobil hidrogen," ujar Edwin.
Baca juga: Pemerintah dukung PLN kembangkan hidrogen jadi bahan bakar alternatif
Baca juga: PLN resmikan 21 unit "green hydrogen plant" dukung transisi energi
Baca juga: Indonesia butuh banyak kolaborasi untuk tumbuhkan ekosistem hidrogen
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: