Gibran inginkan Kereta Jaladara jadikan wisata Solo makin berkembang
21 November 2023 18:18 WIB
Gibran Rakabuming Raka di dalam Kereta Uap Jaladara, di Solo, Jawa Tengah, Selasa (21/11/2023). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka ingin keberadaan Kereta Uap Jaladara dapat menjadikan wisata di Solo, Jawa Tengah dapat makin berkembang.
"Ini luar biasa sekali, kami ingin wisata-wisata ini harus dikembangkan," kata Gibran, usai naik Kereta Uap Jaladara dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Solo Kota, di Solo, Selasa.
Ia mengatakan keberadaan Kereta Uap Jaladara tersebut luar biasa, karena hanya Kota Solo yang memiliki kereta uap yang melintas di tengah kota.
"Luar biasa perjalanan Solo Purwosari ke Solo Kota. Tadi dalam perjalanan ada salah satu sejarawan yang mengenalkan. Jadi ada semacam story telling, ada makanannya juga," katanya lagi.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris PT KAI (Persero) KGPAA Mangkunegara X mengaku baru pertama kali naik Kereta Uap Jaladara.
"Ini pertama kali sejujurnya, sangat menyenangkan bisa lihat Solo dengan cara unik. Naik KA bersejarah, usianya sangat tua tapi jadi pengalaman berkesan malahan," katanya.
Ia mengatakan pula keberadaan kereta uap tersebut dapat menambah nilai pariwisata di Kota Solo.
"Nggak semua kota punya jalur rel kereta uap, ini KA bersejarah, kereta uap sehingga pengalaman lebih menyenangkan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, EVP KAI Daop VI Yogyakarta Bambang Respationo mengatakan lokomotif Kereta Uap Jaladara pernah beroperasi di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi pada tahun 1925-1930.
"Kemudian semenjak muncul listrik mulai pindah track-nya ke wilayah pegunungan, Padalarang, Cianjur, Sukabumi, Bogor, itu jalur naik. Terus nggak dipakai dan masuk museum," katanya pula.
Selanjutnya, tepatnya pada tahun 2009 lokomotif kereta uap tersebut ditarik ke Solo untuk menjadi ikon wisata di kota tersebut.
"Kalau gerbongnya ini dulu ikut track Cepu-Blora. Selanjutnya (gerbong dan lokomotif, Red.) digabungkan di Solo dan mengaktifkan rel Slamet Riyadi," kata dia lagi.
Meski demikian, untuk menjaga keandalan mengingat kereta uap sudah berusia tua, maka jam operasional setiap bulannya dibatasi.
"Sebulan hanya tujuh kali jalan, kami batasi untuk menjaga keandalannya," katanya.
Baca juga: Sepur kluthuk Jaladara kembali dioperasikan
Baca juga: Kereta api uap Jaladara tidak beroperasi
"Ini luar biasa sekali, kami ingin wisata-wisata ini harus dikembangkan," kata Gibran, usai naik Kereta Uap Jaladara dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Solo Kota, di Solo, Selasa.
Ia mengatakan keberadaan Kereta Uap Jaladara tersebut luar biasa, karena hanya Kota Solo yang memiliki kereta uap yang melintas di tengah kota.
"Luar biasa perjalanan Solo Purwosari ke Solo Kota. Tadi dalam perjalanan ada salah satu sejarawan yang mengenalkan. Jadi ada semacam story telling, ada makanannya juga," katanya lagi.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris PT KAI (Persero) KGPAA Mangkunegara X mengaku baru pertama kali naik Kereta Uap Jaladara.
"Ini pertama kali sejujurnya, sangat menyenangkan bisa lihat Solo dengan cara unik. Naik KA bersejarah, usianya sangat tua tapi jadi pengalaman berkesan malahan," katanya.
Ia mengatakan pula keberadaan kereta uap tersebut dapat menambah nilai pariwisata di Kota Solo.
"Nggak semua kota punya jalur rel kereta uap, ini KA bersejarah, kereta uap sehingga pengalaman lebih menyenangkan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, EVP KAI Daop VI Yogyakarta Bambang Respationo mengatakan lokomotif Kereta Uap Jaladara pernah beroperasi di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi pada tahun 1925-1930.
"Kemudian semenjak muncul listrik mulai pindah track-nya ke wilayah pegunungan, Padalarang, Cianjur, Sukabumi, Bogor, itu jalur naik. Terus nggak dipakai dan masuk museum," katanya pula.
Selanjutnya, tepatnya pada tahun 2009 lokomotif kereta uap tersebut ditarik ke Solo untuk menjadi ikon wisata di kota tersebut.
"Kalau gerbongnya ini dulu ikut track Cepu-Blora. Selanjutnya (gerbong dan lokomotif, Red.) digabungkan di Solo dan mengaktifkan rel Slamet Riyadi," kata dia lagi.
Meski demikian, untuk menjaga keandalan mengingat kereta uap sudah berusia tua, maka jam operasional setiap bulannya dibatasi.
"Sebulan hanya tujuh kali jalan, kami batasi untuk menjaga keandalannya," katanya.
Baca juga: Sepur kluthuk Jaladara kembali dioperasikan
Baca juga: Kereta api uap Jaladara tidak beroperasi
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: