Surabaya (ANTARA News) - Patroli keamanan laut Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) menangkap dua kapal asal China yang mencuri ikan di perairan Indonesia sekira 100 ton menggunakan jaring jenis pair trawl (pukat harimau). Kepala DInas Penerangan (Kadispen) Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful, di Surabaya, Kamis, menjelaskan, dua kapal China yang ditangkap KRI Ki Hajar Dewantara di Laut Arafura itu adalah KM Hai Xing-7 dan KM Hai Xing-8 yang masing-masing berbobot 158 GT. "Kedua kapal itu ditangkap di Laut Arafura pada posisi 08 48 30 S ? 135 43 12 T pada tanggal 18 Juli 2006 lalu pukul 07.30 WIT," kata mantan Kepala Bagian Penerangan Komando Pendidikan TNI AL (Kodikal) itu. Ia mengemukakan, awalnya kapal Koarmatim yang melaksanakan patroli di perairan Papua tersebut memergoki kedua kapal yang dinahkodai Zhang Qo Liang dan Xu Lu Qi sedang menangkap ikan. Setelah dicermati, ternyata mereka menangkap ikan menggunakan pukat harimau. "Karena itu, kedua kapal ikan asing yang masing-masing mengangkut muatan 50 ton ikan campuran tersebut diperintahkan menghentikan kegiatan untuk kemudian dilakukan pemeriksaan," ujarnya. Dari hasil pemeriksaan, kedua kapal itu terbukti melakukan pelanggaran menangkap ikan menggunakan pair trawl, yaitu suatu cara penangkapan yang dilarang dilakukan di perairan Indonesia. Dikatakannya, penggunaan alat penangkap ikan jenis itu tidak sesuai dengan surat ijin penangkapan ikan (SIPI) yang dimiliki kapal tersebut. "Selanjutnya, kedua kapal berbendera China berikut dua nahkoda serta 22 ABK dan muatan 100 ton ikan jenis campuran, digiring oleh KRI Ki Hajar Dewantara ke Pangkalan TNI AL (Lanal) Timika untuk proses hukum lebih lanjut," katanya. Menurut dia, dalam patrolinya itu KRI Ki Hajar Dewantara tidak hanya memeriksa KM Hai Xing-7 dan KM Hai Xing-8, tetapi juga beberapa kapal ikan lainnya, yakni KM Suthipongchai-9 dan KM Surya SCM-68. "Namun, setelah dokumen kapal diperiksa dan tidak ditemukan pelanggaran yang berarti. Kapal-kapal tersebut kemudian diijinkan melanjutkan pelayaran," katanya. Ia menegaskan, meskipun TNI AL akhir-akhir ini sibuk dengan kegiatan latihan perang bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) bersandi Carat 10/06 dan dengan Angkatan Laut Singapura bersandi Passex, namun patroli keamanan laut tetap dilaksanakan. (*)