Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyatakan transformasi pendidikan melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dapat diakselerasi oleh perguruan tinggi dengan kolaborasi.

“Kunci inovasi adalah kolaborasi. Dalam empat tahun terakhir, MBKM telah membuktikan bahwa transformasi pendidikan tinggi dapat diakselerasi oleh perguruan tinggi melalui kolaborasi,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Nadiem sebut Program Koneksi perkuat ekosistem riset RI dan Australia

Nadiem menyebut lebih dari 760 ribu mahasiswa telah mengikuti kegiatan MBKM mulai dari magang, studi independen, pertukaran pelajar, mengajar di sekolah, wirausaha, riset, dan proyek sosial.

Selain itu, lebih dari dua ribu kolaborasi riset dan inovasi antara perguruan tinggi dan industri berhasil terjalin melalui platform Kedaireka yang didukung dengan skema pendanaan Matching Fund (Dana Padanan).

Menurutnya, perkembangan ekosistem akademik dan riset ini harus selalu ditingkatkan melalui kolaborasi yang lebih erat antara civitas akademika dengan periset serta ilmuwan yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam menjelaskan perguruan tinggi tidak bisa berjalan sendiri untuk berinovasi.

Ia menuturkan, perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan para mitra seperti dunia usaha, dunia industri, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Baca juga: 10 mahasiswa STIH Biak ikut program merdeka belajar di luar Papua

“Hanya melalui kolaborasi, perguruan tinggi dapat melahirkan inovasi. Jika jalan sendiri-sendiri, maka tidak akan sampai ke tujuan,” kata Nizam.

Salah satu bentuk kolaborasi antarperguruan tinggi dan periset ini salah satunya tercermin melalui gelaran World Scientific Forum of Indonesia (WSFI) 2023 di Grand Hyatt Hotel Nusa Dua, Bali.

Forum ilmiah tersebut mendorong kolaborasi dan sinergi antara ilmuwan domestik dan diaspora sehingga dapat memperkuat ekosistem akademik dan riset yang berkelanjutan di perguruan tinggi Indonesia.

“Kita harapkan kolaborasi dapat semakin erat untuk mengembangkan inovasi di masa depan,” ujarnya.

WSFI merupakan evolusi dari Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) yang dilaksanakan sejak 2016 dan telah menginisiasi upaya kolaborasi dengan para ilmuwan diaspora Indonesia di seluruh dunia di bawah payung program Visiting World Class Professor.

Program ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi Indonesia dalam hal peningkatan jumlah publikasi internasional bersama, kemitraan akademik dan penelitian antara lembaga-lembaga Indonesia dan luar negeri yang berafiliasi dengan diaspora Indonesia.

Baca juga: Disdikpora Buleleng: Kampus Mengajar berikan warna baru di sekolah