Medan (ANTARA News) - Sebanyak 21 ekonom di APEC menyepakati perlunya pendekatan teknologi dan inovasi untuk semakin meningkatkan pembangunan dan perekonomian negara di Asia Pasifik itu.
"Untuk terealisasinya pendekatan teknologi dan inovasi itu, disepakati melakukan tiga hal yakni peningkatan kapasitas `building`, inovasi dan konektivitas," kata Menteri Riset dan Teknoogi Gusti Muhammad Hatta di Medan, Sumut, Senin.
Dia mengatakan itu usai pertemuan "Working Group APEC Policy Partnership on Science, Technologi and Innovation" (APEC PPSTI) di Medan 1--2 Juli.
Dia menjelaskan, pelaksanaan tiga hal itu mengacu pada banyaknya potensi riset dan hasil riset yang belum dijalankan atau diproduksi di Indonesia maupun Asia Pasifik, di tengah manfaat riset itu yang cukup besar untuk meningkatkan pembangunan/perekonomian.
Pada pertemuan itu, menurut Menristek, masing-masing negara menyadari perlunya kerja sama meningkatkan riset, memproduksi hasil riset itu yang diharapkan dilakukan sektor swasta dengan dukungan pemerintah.
Semua negara, kata dia, menyadari peningkatan kapasitas building, penciptaan inovasi dan konektivitas itu saling terkait erat.
Kalau hasil riset banyak, tetapi tidak diproduksi/diciptakan, maka akan sia-sia, sementara kalau hasil atau produksi inovasi teknologi itu tidak dikonektiifkan di Asia Pasisfik, maka juga tidak memberikan manfaat besar secara bersama bagi negara anggota APEC itu.
Dengan pertemuan yang melibatkan pemerintah, akademisi dan swasta diharapkan pengembangan teknologi dan inovasi bisa semakin dikembangkan, dan meningkatkan perekonomian di Asia Pasifik.
Apalagi, kata dia, dewasa ini sejumlah negara sudah semakin menyadari perlunya peningkatan kapasitas building, di mana mempermudah seseorang atau kelompok di satu negara melakukan penelitian di negara lain.
Tujuh Bidang
Gusti menjelaskan, sebagai tuan rumah, Indonesia berkesempatan memperkenalkan inovasi teknologi di Indonesia yang dewasa ini sedang memfokuskan pada tujuh bidang.
Tujuh bidang itu yakni bidang kesehatan, energi, "food"/agribisnis/pertanian, komunikasi dan teknologi, kelautan/perikanan, pertahanan dan mineral maju.
"Hasil riset Indonesia sendiri diakui cukup banyak, meski belum banyak diproduksi secara masif sebagai dampak belum kuatnya kerja sama dengan sektor swasta," ucapnya.
Dia memberi contoh, teknolog peningkatan hasil panen padi yang sudah bisa menghasilkan 10 ton per hektare dari rata-rata nasional yang masih enam hektare (bidang pertanian), radioisotop bidang kesehatan untuk terapi kanker (mineral maju), pesawt nirawak (pertahanan) dan mobil listrik.
Ke depannya, dengan semakin disosialisasikannya dan kerja sama dengan swasta baik di masing-masing negara maupun se Asia Pasifik, diharapkan akan semakin banyak riset dan hasil riset yang dproduksi yang pada akhirnya akan semakin memajukan negara di Asia Pasifik, tutur Menristek.
(E016/C004)
Menristek: APEC sepakati perlunya pendekatan teknologi inovasi
1 Juli 2013 23:56 WIB
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: