Medan (ANTARA News) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta siap membuktikan bahwa perkebunan kelapa sawit Indonesia tidak merusak lingkungan seperti yang dituduhkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, dengan hasil-hasil riset.

"Kita akan buktikan dengan riset, karena berargumen dengan negara-negara Barat harus dilandaskan riset," kata Menristek pada kunjungannya ke Pusat Unggulan Kelapa Sawit (PPKS) di sela acara Third Senior Official Meeting (SOM3) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Medan, Senin.

Terkait dengan tuduhan itu, mantan Menteri Lingkungan Hidup itu mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan data dan riset penanaman sawit di lahan gambut dan keterkaitannya dengan emisi karbon dan perubahan iklim.

Menurut dia, tuduhan-tuduhan sumbang terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia yang telah memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional tersebut lebih dilatarbelakangi oleh persaingan bisnis.

Menteri juga khawatir munculnya ratusan titik panas di Indonesia di beberapa pekan terakhir ini juga dijadikan dasar untuk menjatuhkan citra perkebunan sawit Indonesia.

Sementara itu, Direktur Pusat Unggulan Kelapa Sawit (PPKS) Wicaksono Darmosarkoro mengatakan, tuduhan yang merusak citra itu bukan hanya dari sisi lingkungan tetapi juga dari sisi kesehatan dan sisi kepentingan masyarakat.

"Dari sisi kesehatan misalnya riset tentang trans fat pada kelapa sawit, minyak sawit mengandung banyak minyak jenuh yang tak baik bagi kesehatan. Ternyata semua kan tetap bermanfaat, tinggal digunakan saja buat pangan atau nonpangan seperti produk turunan oleokimia untuk kosmetik hingga sabun," katanya.

Sedangkan dari sisi kepentingan masyarakat, kebun kelapa sawit yang di Indonesia luas totalnya mencapai 9 juta ha itu, seluas 41 persennya adalah milik petani, 51 persen milik swasta dan sisanya milik pemerintah, ujarnya.

Para perwakilan negara dari Kelompok Kerja PPSTI (Policy Partnership on Science, Technology and Innovation) yang menghadiri Third Senior Official Meeting (SOM3) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Medan pada 22 Juni hingga 6 Juli, ujarnya, juga akan diajak berkunjung ke PPKS untuk melihat fasilitas teknologi dan berbagai riset unggulan terkait kelapa sawit.