Tiga wilayah Riau masih diselimuti kabut asap
30 Juni 2013 14:55 WIB
Asap masih mengepul dari area kebakaran lahan yang terpantau dari helikopter BNPB di Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (29/6). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kabut Asap Provinsi Riau menyatakan sebanyak tiga wilayah kabupaten dan kota sejauh ini masih diselimuti kabut asap tipis.
"Seperti Kota Dumai, hasil pemantauan masih berkabut asap namun sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Jarak pandang diperkirakan masih berkisar di bawah 500 meter khususnya pagi hari," kata Komandan Pos Komando Tanggap Darurat Brigjen Teguh Rahardjo kepada Antara di Pekanbaru, Minggu.
Teguh yang juga menjabat sebagai Komandan Resort Militer (Danrem) 031/Wirabima mengatakan, selain Dumai kabut asap cukup pekat juga masih membatasi jarak pandang di sebagian Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.
"Tapi kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya ketika jarak pandang sempat berkisar di bawah 300 meter," katanya.
Menurut indeks kualitas udara yang direkam alat Indeks Standar Polutan Udara (ISPU) milik PT Chevron Pasific Indonesia (CPI), cemaran udara di sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Riau sudah mulai membaik, misalnya di Dumai yang sebelumnya sempat menjangkau 800 bahkan 900 polutan standar indeks (PSI) atau dikategorikan sangat berbahaya, sejak Sabtu (29/6) sudah kembali ke kisaran 78 yang artinya sedang (tidak berbahaya).
Begitu juga dengan sebagian Kabupaten Bengkalis terutama Kota Duri yang terletak di Kecamatan Mandau dan Pinggir, menurut rekaman ISPU telah kembali pada titik sedang dengan 98,5 PSI, sebelumnya sempat menjangkau angka 621 (sangat berbahaya).
Untuk kualitas udara di sebagian Kabupaten Rokan Hilir, menurut data ISPU sudah mulai normal dan tidak lagi berada di posisi sangat berbahaya. Sementara di sebagian Kabupaten Siak khususnya di sekitar Kecamatan Minas, ISPU mencatat tingkatan kualitas udara berada pada posisi sedang yakni 60,5 PSI.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, jarak pandang maksimal (visibility) pada siang hari di sejumlah wilayah itu bahkan telah menjangkau seribu meter yang artinya telah layak untuk aktivitas penerbangan.
"Seperti Kota Dumai, hasil pemantauan masih berkabut asap namun sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Jarak pandang diperkirakan masih berkisar di bawah 500 meter khususnya pagi hari," kata Komandan Pos Komando Tanggap Darurat Brigjen Teguh Rahardjo kepada Antara di Pekanbaru, Minggu.
Teguh yang juga menjabat sebagai Komandan Resort Militer (Danrem) 031/Wirabima mengatakan, selain Dumai kabut asap cukup pekat juga masih membatasi jarak pandang di sebagian Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.
"Tapi kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya ketika jarak pandang sempat berkisar di bawah 300 meter," katanya.
Menurut indeks kualitas udara yang direkam alat Indeks Standar Polutan Udara (ISPU) milik PT Chevron Pasific Indonesia (CPI), cemaran udara di sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Riau sudah mulai membaik, misalnya di Dumai yang sebelumnya sempat menjangkau 800 bahkan 900 polutan standar indeks (PSI) atau dikategorikan sangat berbahaya, sejak Sabtu (29/6) sudah kembali ke kisaran 78 yang artinya sedang (tidak berbahaya).
Begitu juga dengan sebagian Kabupaten Bengkalis terutama Kota Duri yang terletak di Kecamatan Mandau dan Pinggir, menurut rekaman ISPU telah kembali pada titik sedang dengan 98,5 PSI, sebelumnya sempat menjangkau angka 621 (sangat berbahaya).
Untuk kualitas udara di sebagian Kabupaten Rokan Hilir, menurut data ISPU sudah mulai normal dan tidak lagi berada di posisi sangat berbahaya. Sementara di sebagian Kabupaten Siak khususnya di sekitar Kecamatan Minas, ISPU mencatat tingkatan kualitas udara berada pada posisi sedang yakni 60,5 PSI.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, jarak pandang maksimal (visibility) pada siang hari di sejumlah wilayah itu bahkan telah menjangkau seribu meter yang artinya telah layak untuk aktivitas penerbangan.
Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: