Teheran (ANTARA News) - Presiden terpilih Iran Hassan Rouhani pada Sabtu mengatakan bahwa kemenangannya dalam pemilu telah membuka jalan bagi Iran untuk terlibat secara konstruktif dengan komunitas internasional.

"Kebijakan luar negeri yang lebih moderat tidak berarti menyerah atau konfrontasi, tetapi interaksi konstruktif dan efektif dengan dunia," kata Rouhani dalam pidato pertamanya yang disiarkan lewat televisi sejak terpilih pada 14 Juni lalu untuk menggantikan Mahmoud Ahmadinejad.

Iran tengah bersiteru dengan sejumlah negara kuat di dunia terkait ambisi nuklirnya, yang dicurigai bertujuan militer oleh pihak Barat dan Israel, serta dukungannya terhadap rezim Presiden Bashar Al Assad yang tengah bertahan di Suriah.

Namun Rouhani yang unggul telak atas sejumlah lawan politiknya yang lebih konservatif dalam pemilu Iran itu tidak menyebut secara rinci kedua isu tersebut.

Tetapi dia mengatakan bahwa ia berencana untuk meredakan ketegangan setelah resmi menjabat pada 3 Agustus mendatang.

Dalam pemerintahannya, Rouhani menegaskan bahwa interaksi dan dialog yang dilakukan akan bebasis pada asas resiprokal, dengan mendorong kepentingan bersama pihak-pihak yang terlibat.

Pernyataan itu tergolong kontras dengan delapan tahun kepemimpinan Ahmadinejad di Iran, yang cenderung keras terhadap sejumlah isu internasional.

Rouhani berjanji untuk mengubah pendekatan baru dengan pembaruan yang menyeimbangkan realisme dan idealisme.

"Rakyat telah memilih jalan baru.. satu di antaranya adalah perubahan," katanya mengomentari hasil pemilu yang diikuti oleh 37 juta orang, atau lebih dari 72 persen dalam tingkat partisipasi politik.

Dia juga mengulangi janjinya untuk menempatkan orang yang tepat dengan pola pikir yang sesuai dengan kondisi pembaruan itu, serta membentuk kabinet lintas faksi yang tidak berhutang budi terhadap pihak tertentu.

Rouhani juga bersumpah untuk mempertahankan hak Iran serta tujuan nasional negara Islam itu, tanpa menjelaskan lebih rinci soal hal tersebut.

Iran bersikukuh bahwa aktifitas nuklir mereka bertujuan sipil, yang meliputi hak mereka untuk melakukan pengayaan uranium.

Dalam kampanye, Rouhani menjanjikan solusi sengketa nuklir dengan Barat serta pencabutan sanksi, yang sedikit banyak telah melemahkan perekonomian negara itu dengan inflasi, tingkat pengangguran yang tinggi serta depresiasi mata uang.

Imam berusia 64 tahun itu pernah memimpin tim negosiasi nuklir yang moderat di bawah pemerintahan presiden Mohammad Khatami pada awal tahun 2000-an, ketika Iran sepakat untuk menghentikan aktifitas pengayaan uraniumnya.

Tetapi program yang keputusan akhirnya bergantung pada Pemimpin Spiritual Ayatolah Ali Khamenei itu dimulai kembali pada 2005 ketika Ahmadinejad pertama kali terpilih.

Sejak itu Iran telah memperluas instalasi pengayaan uranium mereka di bawah pengawasan badan nuklir Perserikatan Bangsa Bangsa.

Rouhani sendiri tergolong orang dalam rezim pemerintahan Iran karena pernah menjabat sejumlah pos senior dalam politik, termasuk mewakili Khamenei dalam Dewan Keamanan Nasional sejak 1989.

Dia juga mendapat dukungan luas dari kaum reformis dan moderat, termasuk mantan presiden dua kali Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani.

Terpilihnya Rouhani juga memantik harapan rakyat Iran terkait perubahan atas pembatasan di lingkup domestik yang tergolong konservatif di era sebelumnya, demikian AFP.

(P012)