Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu mengatakan kebijakan impor pangan untuk memenuhi kekurangan stok bahan pangan tidak efektif karena dapat menimbulkan ketergantungan terhadap negara lain.
Baca juga: BRIN: Indonesia perlu perkuat kemandirian pangan berbasis teknologi
Haznan menuturkan teknologi digital juga banyak digunakan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat mengurangi produktivitas lahan pertanian.
Menurutnya, perubahan pola pemanfaatan lahan pertanian tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional melainkan harus menerapkan skema pertanian cerdas atau smart farming.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengungkap kondisi saat ini menjadi tantangan bagi para pemangku kepentingan, khususnya BRIN sebagai lembaga riset untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Baca juga: LPPM Unhas-BRIN resmikan Pusat Riset Arkeologi Sulawesi
"Teknologi tidak ada artinya kalau kita tidak membenahi persoalan-persoalan detail seperti itu. Jika petani sudah profesional artinya mempunyai mental dan komitmen yang bagus maka teknologi akan mudah diterapkan," kata Handoko.
Dia mengatakan, selama ini yang dianggap menjadi kendala adalah luasan lahan pertanian. Padahal kondisi seperti itu dapat diselesaikan dengan rekayasa teknologi, di antaranya menanam padi tanpa sawah dan menanam pohon buah dengan media pot.
Konsep pertanian tanpa lahan secara konvensional melalui rekayasa teknologi berpotensi mengajak lebih banyak generasi muda untuk ikut menjadi petani.
Baca juga: Perawat Indonesia punya peluang besar bekerja di luar negeri