Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai Indonesia perlu memanfaatkan potensi kearifan lokal maupun adopsi teknologi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu mengatakan kebijakan impor pangan untuk memenuhi kekurangan stok bahan pangan tidak efektif karena dapat menimbulkan ketergantungan terhadap negara lain.

Baca juga: BRIN: Indonesia perlu perkuat kemandirian pangan berbasis teknologi
"Peran teknologi sangat diperlukan untuk mendukung inovasi di sektor pertanian. Pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung produksi dan perakitan varietas baru, belakangan ini berkembang pesat," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Haznan menuturkan teknologi digital juga banyak digunakan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat mengurangi produktivitas lahan pertanian.

Menurutnya, perubahan pola pemanfaatan lahan pertanian tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional melainkan harus menerapkan skema pertanian cerdas atau smart farming.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengungkap kondisi saat ini menjadi tantangan bagi para pemangku kepentingan, khususnya BRIN sebagai lembaga riset untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa persoalan bukan hanya tentang pemanfaatan teknologi untuk pertanian saja, tetapi juga bagaimana membuat para petani menjadi profesional.

Baca juga: LPPM Unhas-BRIN resmikan Pusat Riset Arkeologi Sulawesi
Para petani harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk memperbaiki ekosistem pertanian karena tanpa adanya komitmen dari para petani, maka permasalahan terkait produktivitas pertanian tidak akan terjawab.

"Teknologi tidak ada artinya kalau kita tidak membenahi persoalan-persoalan detail seperti itu. Jika petani sudah profesional artinya mempunyai mental dan komitmen yang bagus maka teknologi akan mudah diterapkan," kata Handoko.

Dia mengatakan, selama ini yang dianggap menjadi kendala adalah luasan lahan pertanian. Padahal kondisi seperti itu dapat diselesaikan dengan rekayasa teknologi, di antaranya menanam padi tanpa sawah dan menanam pohon buah dengan media pot.

Konsep pertanian tanpa lahan secara konvensional melalui rekayasa teknologi berpotensi mengajak lebih banyak generasi muda untuk ikut menjadi petani.

BRIN bertekad mencarikan pola-pola teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan rekayasa teknologi.

Baca juga: Perawat Indonesia punya peluang besar bekerja di luar negeri