Obama berjanji bantu Afrika, berikan penghormatan kepada Mandela
29 Juni 2013 05:40 WIB
Anak-anak melepaskan 95 balon putih ke udara untuk memperingati ulang tahun mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela ke-95 yang jatuh pada 18 Juli mendatang di luar Rumah Sakit Jantung Medi-Clinic tempat Mandela dirawat di Pretoria, Afrika Selatan, Kamis (27/6). (REUTERS/Dylan Martinez )
Pesawat Kepresidenan AS (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan penghormatan kepada pahlawan anti-apartheid Nelson Mandela ketika ia terbang ke Afrika Selatan pada hari Jumat.
Namun, ia tidak terlalu berharap akan bertemu dengan tokoh yang kini sedang dirawat di rumah sakit itu selama lawatannya di Afrika dalam rangka memajukan demokrasi dan keamanan pangan.
Para pejabat Gedung Putih berharap bahwa kunjungan Obama ke tiga negara Afrika -- lawatan berbobot pertama kali yang dilakukannya ke kawasan tersebut sejak ia menjabat sebagai presiden tahun 2009 -- akan membayar apa yang dilihat oleh beberapa pihak sebagai tahun-tahun pengabaian oleh presiden kulit hitam pertama AS itu.
Perhatian soal Mandela, tokoh berusia 94 tahun dan mantan presiden Afrika Selatan yang sedang dirawat di rumah sakit di Pretoria karena kondisi kesehatannya yang buruk, mendominasi hari-hari Obama, bahkan sebelum ia tiba di Johannesburg.
"Saya tidak perlu mendapat kesempatan berfoto (dengan Mandela, red)," kata Obama kepada para wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One setelah meninggalkan Senegal seperti dilansir Reuters. "Hal yang sangat saya ingin hindari adalah berada di posisi yang menonjolkan diri di saat keluarga sedang mengkhawatirkan kondisi Nelson Mandela."
Mantan isteri Mandela, Winnie Madikizela-Mandela, mengatakan bahwa kondisi kesehatan mantan suaminya itu telah membaik dalam beberapa hari terakhir ini.
Para anggota serikat pekerja, aktivis Muslim dan anggota Partai Komunis Afrika yang jumlahnya mencapai hampir 1.000 orang melakukan aksi jalan kaki di Pretoria ke Kedutaan Besar AS.
Di depan Kedubes AS, mereka membakar bendera Amerika dan menyebut kebijakan luar negeri Obama "arogan dan menindas."
Para pegiat Muslim melakukan shalat di sebuah lapangan parkir di luar kedutaan. Sang pemimpin, Imam Sayeed Mohammed, mengatakan kepada kelompok itu: "Kami berharap kondisi Mandela membaik dan Obama bisa belajar darinya."
Obama melihat Mandela, yang juga dikenal sebagai Madiba, sebagai seorang pahlawan. Terlepas apakah kedua sosok itu bisa bertemu atau tidak, para pejabat mengatakan bahwa lawatan Obama itu sebagian besar adalah untuk memberikan penghormatan bagi pemimpin anti-apartheid tersebut.
Seperti Mandela, Obama merupakan penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dan keduanya merupakan presiden kulit hitam pertama di negara masing-masing.
Pesawat kepresidenan Air Force One bertolak dari ibukota negara Senegal, Dakar, tak lama menjelang pukul 18.00 WIB dan tiba di Afrika Selatan sekira delapan jam kemudian.
Pada Jumat malam, Obama tidak menjadwalkan acara bagi publik dan mungkin bisa mengunjungi rumah sakit.
"Kalau sudah sampai di sana, kita akan lihat bagaimana situasinya," ujar Obama kepada para wartawan.
Obama dijadwalkan berkunjung ke Pulau Robben, tempat Mandela menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun di penjara di bawah bekas rezim minoritas kulit putih Afrika Selatan.
Obama mengatakan kepada wartawan pesannya di Afrika Selatan adalah bahwa ia akan menarik pelajaran dari kehidupan Mandela.
Para pejabat Gedung Putih mengatakan Obama akan melakukan pertemuan pada hari Sabtu dengan para pemimpin muda di Soweto, kota kecil di Johannesburg yang dikenal pada tahun 1976 sebagai tempat bagi para mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa dalam menentang apartheid.
Obama akan membahas program pertukaran baru bagi para mahasiswa Afrika dengan universitas-universitas di AS. Acara tersebut juga akan diikuti para pemuda dari Uganda, Nigeria, Kenya melalui konferensi video dan akan disiarkan melalui televisi di negara-negara tersebut, kata para pejabat Gedung Putih.
(T008//M014)
Namun, ia tidak terlalu berharap akan bertemu dengan tokoh yang kini sedang dirawat di rumah sakit itu selama lawatannya di Afrika dalam rangka memajukan demokrasi dan keamanan pangan.
Para pejabat Gedung Putih berharap bahwa kunjungan Obama ke tiga negara Afrika -- lawatan berbobot pertama kali yang dilakukannya ke kawasan tersebut sejak ia menjabat sebagai presiden tahun 2009 -- akan membayar apa yang dilihat oleh beberapa pihak sebagai tahun-tahun pengabaian oleh presiden kulit hitam pertama AS itu.
Perhatian soal Mandela, tokoh berusia 94 tahun dan mantan presiden Afrika Selatan yang sedang dirawat di rumah sakit di Pretoria karena kondisi kesehatannya yang buruk, mendominasi hari-hari Obama, bahkan sebelum ia tiba di Johannesburg.
"Saya tidak perlu mendapat kesempatan berfoto (dengan Mandela, red)," kata Obama kepada para wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One setelah meninggalkan Senegal seperti dilansir Reuters. "Hal yang sangat saya ingin hindari adalah berada di posisi yang menonjolkan diri di saat keluarga sedang mengkhawatirkan kondisi Nelson Mandela."
Mantan isteri Mandela, Winnie Madikizela-Mandela, mengatakan bahwa kondisi kesehatan mantan suaminya itu telah membaik dalam beberapa hari terakhir ini.
Para anggota serikat pekerja, aktivis Muslim dan anggota Partai Komunis Afrika yang jumlahnya mencapai hampir 1.000 orang melakukan aksi jalan kaki di Pretoria ke Kedutaan Besar AS.
Di depan Kedubes AS, mereka membakar bendera Amerika dan menyebut kebijakan luar negeri Obama "arogan dan menindas."
Para pegiat Muslim melakukan shalat di sebuah lapangan parkir di luar kedutaan. Sang pemimpin, Imam Sayeed Mohammed, mengatakan kepada kelompok itu: "Kami berharap kondisi Mandela membaik dan Obama bisa belajar darinya."
Obama melihat Mandela, yang juga dikenal sebagai Madiba, sebagai seorang pahlawan. Terlepas apakah kedua sosok itu bisa bertemu atau tidak, para pejabat mengatakan bahwa lawatan Obama itu sebagian besar adalah untuk memberikan penghormatan bagi pemimpin anti-apartheid tersebut.
Seperti Mandela, Obama merupakan penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dan keduanya merupakan presiden kulit hitam pertama di negara masing-masing.
Pesawat kepresidenan Air Force One bertolak dari ibukota negara Senegal, Dakar, tak lama menjelang pukul 18.00 WIB dan tiba di Afrika Selatan sekira delapan jam kemudian.
Pada Jumat malam, Obama tidak menjadwalkan acara bagi publik dan mungkin bisa mengunjungi rumah sakit.
"Kalau sudah sampai di sana, kita akan lihat bagaimana situasinya," ujar Obama kepada para wartawan.
Obama dijadwalkan berkunjung ke Pulau Robben, tempat Mandela menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun di penjara di bawah bekas rezim minoritas kulit putih Afrika Selatan.
Obama mengatakan kepada wartawan pesannya di Afrika Selatan adalah bahwa ia akan menarik pelajaran dari kehidupan Mandela.
Para pejabat Gedung Putih mengatakan Obama akan melakukan pertemuan pada hari Sabtu dengan para pemimpin muda di Soweto, kota kecil di Johannesburg yang dikenal pada tahun 1976 sebagai tempat bagi para mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa dalam menentang apartheid.
Obama akan membahas program pertukaran baru bagi para mahasiswa Afrika dengan universitas-universitas di AS. Acara tersebut juga akan diikuti para pemuda dari Uganda, Nigeria, Kenya melalui konferensi video dan akan disiarkan melalui televisi di negara-negara tersebut, kata para pejabat Gedung Putih.
(T008//M014)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: