Jakarta (ANTARA News) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan pihaknya mengantisipasi penggunaan dinamit curian untuk aksi terorisme.

"Bisa saja bahwa barang-barang bahan peledak ini digunakan untuk tujuan lain, bukan sebagai aktivitas penambangan tapi tujuan terkait masalah terorisme. Hal seperti itu yang harus kita antisipasi," kata Boy di Jakarta, Jumat.

Mabes Polri, lanjutnya, tidak akan meremehkan kondisi ini dan memprediksi kemungkinan bahan peledak curian itu digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.

"Namun sementara belum ada indikasi ke sana (aksi terorisme). Sampai saat ini belum ada fakta seperti itu. Makanya penyelidikan juga dibantu tim Detasemen Khusus (Densus 88)," katanya.

Boy menuturkan sementara ini polisi melihat hilangnya 250 batang dinamit sebagai aksi pencurian.

Dua dus berisi 250 batang dinamit hilang dalam perjalanan dari PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) ke Gudang Bahan Peledak Kalijati Subang, Jawa Barat, Rabu lalu (26/6).

Peledak berbahan dasar amonium nitrat itu tadinya akan diantarkan ke PT Batu Sarana Persada di Cigudeg, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Pada Rabu, ada dua truk berangkat pukul 14.00 dari Subang membawa sejumlah bahan peledak. Dalam perjalanan menuju Bogor, sempat transit di Marunda, Jakarta. Jadi, perjalanan Jakarta-Bogor tambah dua truk lagi," katanya.

Boy bercerita, keempat truk tiba di Bogor Kamis pagi (27/6) sekitar pukul 04.00. Saat diperiksa, baru diketahui ada pencurian di salah satu truk yang posisinya paling belakang.

"Yaitu dengan cara merobek kanvas penutup belakang, sobekan sekitar 1 meter. Diketahui ketika sampai di PT BSP, kurang dua dus, beratnya sekitar 50 kg, berbentuk batangan bahan peledak. Jadi ada 250 batang, mirip sosis dalam dus itu hilang," katanya.