Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengajak para perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk ikut berkontribusi dalam riset kesehatan.

Direktur Tata Kelola Perizinan Riset dan Inovasi dan Otoritas Ilmiah BRIN Tri Sundari dalam keterangan di Jakarta, Rabu mengatakan periset BRIN dapat berbagi terkait kompetensi dan perkembangan dunia riset terutama di bidang kesehatan.
"Melalui kerja sama dan kolaborasi dengan PPNI itu diharapkan juga BRIN mendapat input yang bisa meningkatkan kualitas riset dan inovasi di Indonesia," kata Sundari.

Pada 14 November 2023, BRIN bersama PPNI telah menandatangani nota kesepahaman mengenai penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan serta invensi dan inovasi di bidang kesehatan.

Salah satu poin utama yang menjadi alasan kerja sama itu adalah pembentukan komisi etik terkait riset di bidang kesehatan. Komisi etik itu terkait dengan berbagai persyaratan, cara melakukan reviu terkait proposal dan protokol dalam komisi etik, hingga pelatihan untuk peningkatan akreditasi.

Sundari menuturkan selain pembentukan komisi etik akan ada pula terkait peningkatan kompetensi sumber daya manusia.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PPNI, Harif Fadhillah mengatakan pihaknya sedang melakukan proses reformulasi untuk meningkatkan kualitas perawat dengan ikut terlibat dalam pengembangan keilmuan.

"Bahkan dalam tingkat ASEAN kami sudah menyepakati lima kompetensi utama yang wajib dimiliki, dan salah satunya ada riset. Jadi, perawat-perawat yang telah mencapai sarjana profesi mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan riset,” kata Hanif.

Lebih lanjut dia berharap bisa meningkatkan kompetensi anggota PPNI terutama dalam bidang riset. Apalagi PPNI bergerak pada sektor kesehatan yang bersentuhan langsung dengan makhluk hidup dan juga manusia, kode etik sangat perlu diperhatikan.

Harif menyebut melalui jaringan dengan universitas-universitas dan sekolah-sekolah tinggi keperawatan yang juga aktif melakukan riset, BRIN juga dapat memperoleh data-data yang diharapkan bisa muncul kebijakan-kebijakan.

"Terutama kebijakan untuk meningkatkan kualitas, penelitian dan tentu saja bermanfaat bagi negara,” pungkas Hanif.

Baca juga: BRIN ingatkan pengendalian tuberkulosis harus jadi perhatian serius

Baca juga: BRIN rumuskan strategi penanganan tuberkulosis di Indonesia

Baca juga: Pemuda unggul modal kuat wujudkan Indonesia Emas 2045