Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menahan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) lebih dalam.

"Kontribusi sentimen dari kenaikan BBM memang masih kecil, namun cukup terasa meski tidak signifikan," ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Hoesen di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan sentimen positif dari kebijakan BBM bagi pasar modal dalam negeri itu tertutup kondisi global yang masih negatif.

Hoesen mengakui kondisi pasar saham global yang masih negatif juga membuat beberapa perusahaan menurunkan besaran jumlah saham ke publik dalam pelaksanaan penawaran umum saham perdana (IPO)-nya.

"Mungkin ada kekhawatiran dari perusahaan, yang bisa dilakukan Bursa adalah meyakinkan perusahaan bahwa pasar modal domestik masih memiliki peluang tumbuh positif," ucapnya.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan kenaikan BBM tentu akan berpengaruh terhadap inflasi, namun disisi lain akan mampu meredam defisit APBN dan neraca perdagangan.

"Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dipersepsikan meringankan beban anggaran negara yang diharapkan dapat meningkatkan belanja pemerintah di bidang infrastruktur dan lainnya," ujarnya.

Secara jangka panjang, lanjut dia, dampak dari kebijakan BBM itu diperkirakan terasa positif bagi ekonomi Indonesia dan memberikan efek domino ke pasar modal Indonesia.

Sebelumnya Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Samsul Hidayat mengatakan kepastian kebijakan pemerintah terkait BBM itu dapat membuat investor melakukan kalkulasi menjadi pasti.

Langkah emiten ke depannya juga dapat diperhitungkan sehingga dampaknya ke IHSG menjadi positif. "Akan terasa jangka panjang dampak kebijakan BBM itu," katanya.

(KR-ZMF/S004)