PAPDI: Satu dari dua penderita tidak sadar idap diabetes
13 November 2023 16:47 WIB
Soebagijo Adi Soelistijo dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada acara media briefing Ikatan Dokter Indonesia via daring, di Jakarta, Senin (13/11/2023). ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso.
JAKARTA (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengatakan bahwa 1 dari 2 orang dengan diabetes tidak menyadari apabila mereka menderita diabetes.
"Ini yang menjadi ironi, termasuk di negara kita, 1 dari 2 orang dengan diabetes tidak menyadari kalau mereka menderita diabetes. Mereka mengetahui karena check up karena skrining," kata Soebagijo Adi Soelistijo dari PAPDI, di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan pentingnya mengenali risiko dan deteksi secara dini untuk menghindari timbulnya komplikasi akibat diabetes yang serius.
"Perlunya diabetes diobati secara dini untuk meminimalisir timbulnya komplikasi serius karena diabetes," kata dia.
Baca juga: Kenali dini gejala diabetes sehingga tak perlu tunggu skrining
Baca juga: Benarkah gigi goyang bisa jadi tanda diabetes?
Soebagijo mengatakan deteksi dini perlu dilakukan untuk menghindari komplikasi yang serius seperti risiko kebutaan, stroke, serangan jantung hingga kerusakan ginjal cuci darah.
Kecurigaan seseorang mengalami diabetes perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsia), lapar berlebihan (polifagia) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
"Keluhan lainnya yang perlu dicurigai diabetes termasuk lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita, atau sensasi rasa gatal pada vagina," ujarnya.
Ia menyampaikan masyarakat perlu mengenali risiko yang terjadi seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes, kemudian berat badan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik yang menimbulkan obesitas, hingga faktor usia yang dapat mendorong menderita diabetes.
Disamping itu, perlu juga dilakukan pencegahan salah satunya dengan mengubah gaya hidup yakni dengan pengaturan pola makanan sehat serta aktifitas fisik yang dapat menurunkan risiko diabetes.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) 2021 Indonesia menempati posisi ke lima dengan 19,5 juta penderita diabetes. Sementara itu, Cina menempati peringkat satu yang terbanyak memiliki pasien diabetes, yakni sebanyak 140,9 juta. Diikuti India 74,2 juta, Pakistan 33 juta, dan Amerika Serikat (AS) 32,2 juta.
"Ini masalah Indonesia tidak pernah keluar dari 10 besar semenjak tahun 2000 dalam hal penderita diabetes," katanya.*
Baca juga: Tes tusuk pakai glukometer bukan untuk diagnosis diabetes
Baca juga: Kemenkes: Deteksi dini bantu cegah risiko penyakit tidak menular
"Ini yang menjadi ironi, termasuk di negara kita, 1 dari 2 orang dengan diabetes tidak menyadari kalau mereka menderita diabetes. Mereka mengetahui karena check up karena skrining," kata Soebagijo Adi Soelistijo dari PAPDI, di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan pentingnya mengenali risiko dan deteksi secara dini untuk menghindari timbulnya komplikasi akibat diabetes yang serius.
"Perlunya diabetes diobati secara dini untuk meminimalisir timbulnya komplikasi serius karena diabetes," kata dia.
Baca juga: Kenali dini gejala diabetes sehingga tak perlu tunggu skrining
Baca juga: Benarkah gigi goyang bisa jadi tanda diabetes?
Soebagijo mengatakan deteksi dini perlu dilakukan untuk menghindari komplikasi yang serius seperti risiko kebutaan, stroke, serangan jantung hingga kerusakan ginjal cuci darah.
Kecurigaan seseorang mengalami diabetes perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsia), lapar berlebihan (polifagia) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
"Keluhan lainnya yang perlu dicurigai diabetes termasuk lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita, atau sensasi rasa gatal pada vagina," ujarnya.
Ia menyampaikan masyarakat perlu mengenali risiko yang terjadi seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes, kemudian berat badan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik yang menimbulkan obesitas, hingga faktor usia yang dapat mendorong menderita diabetes.
Disamping itu, perlu juga dilakukan pencegahan salah satunya dengan mengubah gaya hidup yakni dengan pengaturan pola makanan sehat serta aktifitas fisik yang dapat menurunkan risiko diabetes.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) 2021 Indonesia menempati posisi ke lima dengan 19,5 juta penderita diabetes. Sementara itu, Cina menempati peringkat satu yang terbanyak memiliki pasien diabetes, yakni sebanyak 140,9 juta. Diikuti India 74,2 juta, Pakistan 33 juta, dan Amerika Serikat (AS) 32,2 juta.
"Ini masalah Indonesia tidak pernah keluar dari 10 besar semenjak tahun 2000 dalam hal penderita diabetes," katanya.*
Baca juga: Tes tusuk pakai glukometer bukan untuk diagnosis diabetes
Baca juga: Kemenkes: Deteksi dini bantu cegah risiko penyakit tidak menular
Pewarta: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: