Kemenparekraf berkomitmen wujudkan Labuan Bajo jadi DPSP berkelanjutan
12 November 2023 16:04 WIB
Focus Grup Diskusi (FGD) bersama dengan Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkaitan dengan pengukuran Implementasi Pencapaian Standar Pariwisata Berkelanjutan di DSP Labuan Bajo. ANTARA/HO-BPOLBF
Kupang (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkomitmen untuk mewujudkan Labuan Bajo, di Kabupaten Manggarai Barat sebagai Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang berkelanjutan.
"Terlebih Labuan Bajo adalah destinasi yang memiliki potensi yang sangat besar baik dari segi kekayaan alam, budaya, dan ekonomi kreatif," kata Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani dalam keterangan di Kupang, Minggu.
Hal ini disampaikanya saat hadir dalam gelaran Focus Grup Diskusi (FGD) bersama dengan Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkaitan dengan pengukuran Implementasi Pencapaian Standar Pariwisata Berkelanjutan di DSP Labuan Bajo
Dia mengatakan bahwa Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas secara nasional. Sehingga Labuan Bajo harus memenuhi standar pariwisata berkelanjutan yang berlaku.
Giri Adnyani juga menjelaskan bahwa pengukuran indikator pariwisata berkelanjutan ini merupakan langkah kunci untuk menentukan dan mengevaluasi sejauh mana penerapan indikator-indikator pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
"Hasil pengukuran ini akan memberikan pandangan yang jelas tentang area-area yang memerlukan perbaikan dan perhatian khusus," tambah dia.
Lebih lanjut, ujar dia, pariwisata berkelanjutan merupakan konsep pembangunan kepariwisataan yang mengacu pada keberlangsungan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya, dan kekayaan alam agar dapat terus dimanfaatkan hingga masa yang akan datang.
Plh. Ketua Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) yang juga merupakan Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi, Kemenparekraf, Frans Teguh menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat.
Audit yang dilakukan diharapkan dapat menumbuhkan semangat yang konsisten dari para stakeholder untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
"Kami di Kemenparekraf mengemban misi yang sangat jelas, pariwisata kita harus menjadi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Kita ingin menyampaikan pesan bahwa pariwisata di Labuan Bajo adalah pariwisata yang berkelanjutan dan kita konsisten terhadap penerapan keberlanjutan lingkungan di Labuan Bajo," ujar dia.
Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina menyampaikan bahwa sejak 2021 terdapat empat pilar yang dilakukan untuk mengukur pariwisata yang berkelanjutan yakni melalui pengelolaan pariwisata yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Konsep resiliensi keberlanjutan di sektor pariwisata ini menjadi fokus untuk masa mendatang dalam menghadapi risiko bencana ke depan," ujar dia.
BPOLBF sendiri telah memulainya dengan menerapkan green office, yaitu dengan mengurangi pemakaian botol kemasan dan berkolaborasi bersama teman-teman pegiat sampah juga stakeholder, bagaimana menjadikan Labuan Bajo lebih bersih dan berkualitas untuk memastikan pariwisata Labuan Bajo yang berkelanjutan.
Baca juga: Kemenko PMK gelar studi pengembangan pariwisata super prioritas
Baca juga: Kemenhub dan Pelindo kerja sama pemanfaatan BMN di Labuan Bajo
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat latih warga tata kelola bisnis destinasi wisata
"Terlebih Labuan Bajo adalah destinasi yang memiliki potensi yang sangat besar baik dari segi kekayaan alam, budaya, dan ekonomi kreatif," kata Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani dalam keterangan di Kupang, Minggu.
Hal ini disampaikanya saat hadir dalam gelaran Focus Grup Diskusi (FGD) bersama dengan Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkaitan dengan pengukuran Implementasi Pencapaian Standar Pariwisata Berkelanjutan di DSP Labuan Bajo
Dia mengatakan bahwa Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas secara nasional. Sehingga Labuan Bajo harus memenuhi standar pariwisata berkelanjutan yang berlaku.
Giri Adnyani juga menjelaskan bahwa pengukuran indikator pariwisata berkelanjutan ini merupakan langkah kunci untuk menentukan dan mengevaluasi sejauh mana penerapan indikator-indikator pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
"Hasil pengukuran ini akan memberikan pandangan yang jelas tentang area-area yang memerlukan perbaikan dan perhatian khusus," tambah dia.
Lebih lanjut, ujar dia, pariwisata berkelanjutan merupakan konsep pembangunan kepariwisataan yang mengacu pada keberlangsungan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya, dan kekayaan alam agar dapat terus dimanfaatkan hingga masa yang akan datang.
Plh. Ketua Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) yang juga merupakan Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi, Kemenparekraf, Frans Teguh menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat.
Audit yang dilakukan diharapkan dapat menumbuhkan semangat yang konsisten dari para stakeholder untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
"Kami di Kemenparekraf mengemban misi yang sangat jelas, pariwisata kita harus menjadi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Kita ingin menyampaikan pesan bahwa pariwisata di Labuan Bajo adalah pariwisata yang berkelanjutan dan kita konsisten terhadap penerapan keberlanjutan lingkungan di Labuan Bajo," ujar dia.
Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina menyampaikan bahwa sejak 2021 terdapat empat pilar yang dilakukan untuk mengukur pariwisata yang berkelanjutan yakni melalui pengelolaan pariwisata yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Konsep resiliensi keberlanjutan di sektor pariwisata ini menjadi fokus untuk masa mendatang dalam menghadapi risiko bencana ke depan," ujar dia.
BPOLBF sendiri telah memulainya dengan menerapkan green office, yaitu dengan mengurangi pemakaian botol kemasan dan berkolaborasi bersama teman-teman pegiat sampah juga stakeholder, bagaimana menjadikan Labuan Bajo lebih bersih dan berkualitas untuk memastikan pariwisata Labuan Bajo yang berkelanjutan.
Baca juga: Kemenko PMK gelar studi pengembangan pariwisata super prioritas
Baca juga: Kemenhub dan Pelindo kerja sama pemanfaatan BMN di Labuan Bajo
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat latih warga tata kelola bisnis destinasi wisata
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: