Jakarta (ANTARA) - Dosen Sosiologi Universitas Indonesia (UI) Dr Ida Ruwaida, M.Si mengatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan gotong royong bagai pahlawan tanpa tanda jasa karena mereka melakukan tindakan yang tidak berorientasi pada keuntungan pribadi, tapi kepentingan publik.

“Tindakan gotong royong itu bukan karena mobilisasi, tapi itu sebetulnya adalah perilaku kerelawanan sosial, yang dasarnya adalah kepedulian,” ujar Ida saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat (10/11) malam.

Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa jika masyarakat melakukan suatu pekerjaan bersama akibat adanya iming-iming atau insentif, hal tersebut bukan lagi disebut kegiatan gotong royong karena ini menunjukkan bahwa mereka perlu dimobilisasi.

Sementara gotong royong menurut Ida adalah suatu perilaku prososial yang mengindikasikan kekuatan modal sosial (social capital) suatu kelompok masyarakat yang dilaksanakan dengan tidak berorientasi pada keuntungan pribadi maupun imbalan, tapi kepentingan lingkungan sekitar.

“Istilahnya mungkin seperti ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ ya. Jadi, kita melakukan sesuatu demi kepentingan orang banyak tanpa memikirkan apa sebetulnya keuntungan untuk kita sendiri,” ucap dia.

Sosiolog tersebut menyayangkan banyaknya generasi muda yang kini hanya memiliki rasa keguyuban dan gotong royong yang tinggi dengan anggota kelompoknya saja, namun bersikap tak acuh dengan orang-orang yang berasal dari luar kelompoknya.

“Anak-anak muda itu dapat bersatu karena kesamaan-kesamaan tertentu. Jika dilihat, aspek gotong royong di kalangan mereka sendiri cukup lumayan, tapi persoalannya adalah bagaimana menjaga relasi antara satu kelompok dengan yang lainnya di masyarakat,” katanya.

Ia lantas menyoroti hasil penelitian Setara Institute yang mengindikasikan bahwa banyak pemuda yang tidak lagi merasa memiliki keterikatan dengan nilai-nilai sejarah perjuangan tokoh-tokoh nasional di masa lalu saat mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh karena itu, pada momentum Hari Pahlawan ini, dosen UI itu menghimbau generasi muda Indonesia untuk membangkitkan kembali perilaku gotong royong dan kepedulian sosial dengan mengedepankan isu-isu kekinian yang banyak menjadi sorotan kaum muda, seperti isu lingkungan.

Menurut Ida, isu lingkungan dapat menjadi dasar kesamaan pergerakan kaum muda zaman sekarang karena permasalahan lingkungan, seperti polusi dan perubahan iklim, yang semakin parah akan berdampak pada kehidupan mereka dan anak cucu mereka di masa depan.

“Dengan adanya kepedulian itu, diharapkan akan muncul partisipasi publik di kalangan anak muda yang bisa mendorong kerja sama lintas kelompok,” ujarnya.