Sertifikasi RSPO di Indonesia meningkat 19 persen
10 November 2023 16:14 WIB
Para pembicara menyampaikan pemaparan dalam Forum Group Discussion (FGD) Sawit Berkelanjutan Vol 15 di Jakarta, Kamis (9/11/2023). ANTARA/Subagyo.
Jakarta (ANTARA) -
Sertifikasi dan keanggotaan The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Indonesia menunjukkan peningkatan hingga 19 persen selama Januari-Oktober 2023, seiring dengan meningkatnya produksi dan konsumsi minyak sawit bersertifikat.
Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO, Indonesia Mahatma Windrawan Inantha mengatakan pada 2022 areal Sertifikasi RSPO Indonesia bertumbuh sebesar 4 persen, dan terus bertumbuh 6 persen lagi sejak Januari hingga September 2023, angka ini mewakili lebih dari 2,5 juta hektare lahan, termasuk lahan perkebunan dan daerah bersertifikat petani kecil mandiri (ISH).
"Di Indonesia, menunjukkan ada industri yang siap menerima standar keberlanjutan global RSPO, yang merupakan industri kelapa sawit terbaik. Baik itu peningkatan sertifikasi di kalangan petani kecil dan pabrik atau peningkatan penyerapan lokal, remediasi, dan bahkan konservasi, kami melihat kemajuan yang menggembirakan," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Indonesia jadi titik sentral faktor penentu harga minyak nabati dunia
Pada 2022, tambahnya, 25 pabrik baru juga telah disertifikasi sesuai dengan Prinsip dan Kriteria (P&C) Standar RSPO, dengan jumlah yang terus bertumbuh sebanyak 18 unit baru lagi pada kuartal ketiga 2023.
Sertifikasi RSPO di antara kelompok petani mandiri tumbuh sebesar 41 persen dibandingkan dengan 2021, didukung oleh pendanaan hingga 180.000 dolar AS yang didistribusikan melalui Dana Dukungan Petani Kecil RSPOs (RSSF).
Untuk memenuhi permintaan sertifikasi yang semakin meningkat di kalangan petani kecil, lanjutnya, antara November 2022 dan Oktober 2023, hampir 141.000 dolar disalurkan ke 17 proyek petani kecil terutama untuk mengimbangi biaya audit sertifikasi sehingga memberikan manfaat bagi lebih dari 5.000 petani.
Sementara itu WWF Indonesia Sustainable Palm Oil Project Leader Angga Prathama Putra menyebutkan pihaknya telah berkolaborasi dengan 1.000 petani sawit guna penerapan praktik sawit berkelanjutan, di mana sebanyak 700 petani sawit telah berhasil memperoleh sertifikat RSPO, serta telah memetakan ketelusuran untuk 247 petani dengan produksi mencapai 1.402 ton CPO.
"Kami juga sedang menerima anggota baru bagi petani sawit sebanyak 490
petani,” katanya dalam dalam Forum Group Discussion (FGD) Sawit Berkelanjutan Vol 15.
Bahkan untuk meningkatkan serapan CSPO, lanjutnya, WWF juga telah menginisiasi dengan 46 pelaku bisnis, yang mana 11 pelaku diantaranya berkomitmen dalam meningkatkan produksi minyak sawit berkelanjutan.
"Selain itu telah mengajak 3 pabrik kelapa sawit dalam upaya mengajak konsumen dalam menggunakan produk minyak sawit berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Ekonomi global melambat, Gapki pastikan produksi sawit RI tetap stabil
Sustainability Officer Asian Agri Doris Sukanto menambahkan pihaknya memiliki komitmen mengembangkan sektor minyak sawit berkelanjutan yang mana saat ini, semua perkebunannya yang berada di provinsi Sumatra Utara, Riau dan Jambi, serta skema perkebunan rakyatnya telah disertifikasi RSPO.
"Perusahaan memiliki komitmen dalam jangka panjang untuk membantu 5.000 petani swadaya mencapai Sertifikasi RSPO pada 2030," katanya.
Komitmen tersebut dilakukan melalui Program Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment (SMILE) untuk membantu petani kecil swadaya dalam meningkatkan hasil panen dan mata pencaharian mereka.
Sertifikasi dan keanggotaan The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Indonesia menunjukkan peningkatan hingga 19 persen selama Januari-Oktober 2023, seiring dengan meningkatnya produksi dan konsumsi minyak sawit bersertifikat.
Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO, Indonesia Mahatma Windrawan Inantha mengatakan pada 2022 areal Sertifikasi RSPO Indonesia bertumbuh sebesar 4 persen, dan terus bertumbuh 6 persen lagi sejak Januari hingga September 2023, angka ini mewakili lebih dari 2,5 juta hektare lahan, termasuk lahan perkebunan dan daerah bersertifikat petani kecil mandiri (ISH).
"Di Indonesia, menunjukkan ada industri yang siap menerima standar keberlanjutan global RSPO, yang merupakan industri kelapa sawit terbaik. Baik itu peningkatan sertifikasi di kalangan petani kecil dan pabrik atau peningkatan penyerapan lokal, remediasi, dan bahkan konservasi, kami melihat kemajuan yang menggembirakan," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Indonesia jadi titik sentral faktor penentu harga minyak nabati dunia
Pada 2022, tambahnya, 25 pabrik baru juga telah disertifikasi sesuai dengan Prinsip dan Kriteria (P&C) Standar RSPO, dengan jumlah yang terus bertumbuh sebanyak 18 unit baru lagi pada kuartal ketiga 2023.
Sertifikasi RSPO di antara kelompok petani mandiri tumbuh sebesar 41 persen dibandingkan dengan 2021, didukung oleh pendanaan hingga 180.000 dolar AS yang didistribusikan melalui Dana Dukungan Petani Kecil RSPOs (RSSF).
Untuk memenuhi permintaan sertifikasi yang semakin meningkat di kalangan petani kecil, lanjutnya, antara November 2022 dan Oktober 2023, hampir 141.000 dolar disalurkan ke 17 proyek petani kecil terutama untuk mengimbangi biaya audit sertifikasi sehingga memberikan manfaat bagi lebih dari 5.000 petani.
Sementara itu WWF Indonesia Sustainable Palm Oil Project Leader Angga Prathama Putra menyebutkan pihaknya telah berkolaborasi dengan 1.000 petani sawit guna penerapan praktik sawit berkelanjutan, di mana sebanyak 700 petani sawit telah berhasil memperoleh sertifikat RSPO, serta telah memetakan ketelusuran untuk 247 petani dengan produksi mencapai 1.402 ton CPO.
"Kami juga sedang menerima anggota baru bagi petani sawit sebanyak 490
petani,” katanya dalam dalam Forum Group Discussion (FGD) Sawit Berkelanjutan Vol 15.
Bahkan untuk meningkatkan serapan CSPO, lanjutnya, WWF juga telah menginisiasi dengan 46 pelaku bisnis, yang mana 11 pelaku diantaranya berkomitmen dalam meningkatkan produksi minyak sawit berkelanjutan.
"Selain itu telah mengajak 3 pabrik kelapa sawit dalam upaya mengajak konsumen dalam menggunakan produk minyak sawit berkelanjutan," katanya.
Baca juga: Ekonomi global melambat, Gapki pastikan produksi sawit RI tetap stabil
Sustainability Officer Asian Agri Doris Sukanto menambahkan pihaknya memiliki komitmen mengembangkan sektor minyak sawit berkelanjutan yang mana saat ini, semua perkebunannya yang berada di provinsi Sumatra Utara, Riau dan Jambi, serta skema perkebunan rakyatnya telah disertifikasi RSPO.
"Perusahaan memiliki komitmen dalam jangka panjang untuk membantu 5.000 petani swadaya mencapai Sertifikasi RSPO pada 2030," katanya.
Komitmen tersebut dilakukan melalui Program Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment (SMILE) untuk membantu petani kecil swadaya dalam meningkatkan hasil panen dan mata pencaharian mereka.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: