KPPPA: Kepemimpinan perempuan di sektor keuangan dukung ekonomi tumbuh
9 November 2023 21:21 WIB
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N. Rosalin. ANTARA/ HO-Kemen PPPA
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan kepemimpinan perempuan di sektor keuangan turut mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga mendorong lebih banyak perempuan bekerja dan berkarya di sektor keuangan.
Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPPPA Lenny N Rosalin menuturkan untuk mencapai kesetaraan gender sebagai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2030, upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemimpin perempuan perlu dilakukan.
"Sektor keuangan, perbankan dan keuangan, adalah titik masuk strategis untuk mencapai ini termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Lenny kepada media di Jakarta, kamis.
Lenny menuturkan dari 543 kursi direksi di seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, hanya 19 persen yang diisi oleh perempuan.
Tantangan yang dihadapi perempuan untuk menapaki jalur kepemimpinan beragam, baik karena adanya beban ganda yang dialami perempuan bekerja maupun tantangan institusional di lembaga tempat perempuan bekerja.
Berdasarkan catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kementerian Keuangan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami stagnasi di bawah tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia berada pada peringkat rendah di bawah Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Sektoral, Titik Anas mengatakan bahwa dibutuhkan upaya baik dari sisi kebijakan maupun praktik industri untuk mendukung perempuan yang bekerja. Saat ini pemerintah sedang membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak.
"RUU ini berdampak penting bagi bagaimana perempuan mendapatkan akses dan dukungan sebelum dan sesudah proses melahirkan. Misalnya, akses terhadap pengasuhan anak yang mudah dan terjangkau akan membantu perempuan untuk kembali ke pasar kerja," ujar Titik.
Sedangkan riset yang dilakukan oleh Women’s World Banking menemukan bahwa partisipasi perempuan di peran-peran kepemimpinan di sektor perbankan relatif rendah di bandingkan laki-laki.
Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan 17 pemimpin di industri keuangan, wawancara mendalam terhadap 32 tenaga kerja laki-laki dan perempuan sektor perbankan dan fintech, serta kajian pustaka dan dokumen tahunan perusahaan.
Research Lead Asia Tenggara Women’s World Banking, Agnes Salyanty menuturkan riset tersebut menemukan bahwa kendati tenaga kerja perempuan banyak berpartisipasi di sektor perbankan. Namun, persentasenya semakin kecil dengan semakin tingginya posisi.
"Di tingkat yunior, persentasenya masih tinggi yakni 50,7 persen, lebih besar dibandingkan laki-laki. Namun semakin ke atas, semakin berkurang, di posisi menengah sebesar 42 persen, dan di tingkat senior 32,8 persen," tuturnya.
Baca juga: Srikandi BUMN: Perempuan berpeluang duduki jabatan strategis di BUMN
Baca juga: Apindo: Digitalisasi kunci dukung pemberdayaan ekonomi perempuan ASEAN
Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPPPA Lenny N Rosalin menuturkan untuk mencapai kesetaraan gender sebagai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2030, upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemimpin perempuan perlu dilakukan.
"Sektor keuangan, perbankan dan keuangan, adalah titik masuk strategis untuk mencapai ini termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Lenny kepada media di Jakarta, kamis.
Lenny menuturkan dari 543 kursi direksi di seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, hanya 19 persen yang diisi oleh perempuan.
Tantangan yang dihadapi perempuan untuk menapaki jalur kepemimpinan beragam, baik karena adanya beban ganda yang dialami perempuan bekerja maupun tantangan institusional di lembaga tempat perempuan bekerja.
Berdasarkan catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kementerian Keuangan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami stagnasi di bawah tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia berada pada peringkat rendah di bawah Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Sektoral, Titik Anas mengatakan bahwa dibutuhkan upaya baik dari sisi kebijakan maupun praktik industri untuk mendukung perempuan yang bekerja. Saat ini pemerintah sedang membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak.
"RUU ini berdampak penting bagi bagaimana perempuan mendapatkan akses dan dukungan sebelum dan sesudah proses melahirkan. Misalnya, akses terhadap pengasuhan anak yang mudah dan terjangkau akan membantu perempuan untuk kembali ke pasar kerja," ujar Titik.
Sedangkan riset yang dilakukan oleh Women’s World Banking menemukan bahwa partisipasi perempuan di peran-peran kepemimpinan di sektor perbankan relatif rendah di bandingkan laki-laki.
Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan 17 pemimpin di industri keuangan, wawancara mendalam terhadap 32 tenaga kerja laki-laki dan perempuan sektor perbankan dan fintech, serta kajian pustaka dan dokumen tahunan perusahaan.
Research Lead Asia Tenggara Women’s World Banking, Agnes Salyanty menuturkan riset tersebut menemukan bahwa kendati tenaga kerja perempuan banyak berpartisipasi di sektor perbankan. Namun, persentasenya semakin kecil dengan semakin tingginya posisi.
"Di tingkat yunior, persentasenya masih tinggi yakni 50,7 persen, lebih besar dibandingkan laki-laki. Namun semakin ke atas, semakin berkurang, di posisi menengah sebesar 42 persen, dan di tingkat senior 32,8 persen," tuturnya.
Baca juga: Srikandi BUMN: Perempuan berpeluang duduki jabatan strategis di BUMN
Baca juga: Apindo: Digitalisasi kunci dukung pemberdayaan ekonomi perempuan ASEAN
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: