Miranshah, Pakistan (ANTARA News) - Gerakan Taliban, Minggu, mengaku bertanggug jawab pada pembunuhan sembilan pendaki asing di pegunungan Himalaya, dan mengatakan pihaknya melakukan serangan baru terhadap para warga asing untuk membalas serangan pesawat tanpa awak AS.

Juru bicara Taliban Ehsanullah Ehsan menelepon AFP mengatakan pembunuhan-pembunuhan itu bertujuan untuk membalas kematian orang kedua dalam jajaran komando kelompok induk Taliban Tehreek-e-Taliban (TTP) akibat satu serangan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat akhir bulan lalu.

"Kami melakukannya dan kami mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini," kata Ehsan dalam percakapan telepon dari satu lokasi yang tidak disebutkan.

"Salah satu dari faksi-faksi kami, Junood ul-Hifsa melakukannya. Itu adalah untuk membalas pembunuhan Maulvi Wali ur-Rehman," katanya.

Rehman tewas dalam serangan 29 Mei oleh satu pesawat tanpa awak AS terhadap satu rumah di Waziristan Utara pangkalan Taliban dan kelompok Al Qaidah di Pakistan di perbatasan dengan Afghanistan.

TTP berikrar akan membalas kematiannya sehari kemudian, menuduh pemerintah Pakistan bertanggung jawab atas serangan itu.

Ehsan mengemukakan kepada AFP bahwa Junood ul-Hifsa adalah sayap baru yang dibentuk Taliban "untuk menyerang para warga asing dan menyampaikan satu pesan kepada dunia terhadap serangan-serangan pesawat tanpa awak itu".

TTP, satu himpunan dari faksi-faksi, telah melakukan pemberontakan domestik sejak Juli 2007 tetapi tidak diketahui sebelumnya atas kehadirannya di Gilgit.

Rehman, yang kepalanya dihargai lima juta dolar AS bagi siapa yang dapat menangkapnya, dituduh Washington mengatur serangan-serangan terhadap pasukan AS dan NATO di Afghanistan dan juga dicari sehubungan dengan satu serangan bunuh diri terhadap satu pangkalan AS di Afghanistan tahun 2009 yang menewaskan tujuh agen Badan Intelijen Pusat AS (CIA).

Pria berusia 42 tahun itu adalah tokoh penting di TTP sejak kelompok itu terbentuk pada 2007 dan orang kedua dari hirarki nasional setelah Hakimullah Mehsud serta memimpin kelompok itu di Waziristan Selatan.

Ia dianggap sebagai tokoh lebih moderat ketimbang Mehsud dan ada kesan ia dapat memiliki satu peran dalam kemungkinan perundingan perdamaian, tetapi TTP mengatakan pihaknya menolak tawaran perundingan itu setelah kematiannya.

(H-RN)