Kemenkominfo sebut tiga faktor kunci dorong layanan 5G berkualitas
9 November 2023 17:34 WIB
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto memberikan sambutan dalam acara Public Discussion Forum: 5G is Now. Opening the Gateway to Future Growth and Development di Hotel Alila, SCBD, Jakarta, Kamis (9/11/2023) (ANTARA/Fathur Rochman)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto menyampaikan terdapat tiga faktor kunci yang diperlukan untuk memberikan layanan teknologi 5G yang berkualitas.
"Terdapat tiga faktor utama yang diperlukan agar dapat mendorong 5G untuk memberikan layanan kualitas yang baik dan stabil, dan ini harus bersama-sama antara pemerintah dan operator," ujar Wayan Toni di Jakarta, Kamis.
Wayan Toni menurutkan, faktor pertama adalah ketersediaan spektrum frekuensi khusus (dedicated) pada tiga layer, yaitu low band (Sub 1GHz), middle band (Sub 6GHz), dan high band (mmWave).
Dia mengatakan spektrum frekuensi yang lebih tinggi memberikan bandwidth lebih lebar, meningkatkan kapasitas dan throughput, sementara spektrum frekuensi yang lebih rendah memberikan jangkauan layanan yang lebih luas.
Adapun penggunaan 5G pada spektrum frekuensi ini akan disesuaikan dengan jenis use case yang diimplementasikan.
Use case teknologi 5G sendiri terdiri dari tiga pilar utama, yaitu enhanced Mobile Broadband (eMBB) untuk layanan yang membutuhkan throughput download yang tinggi, Massive Machine Type Communication (MMTC) untuk layanan yang membutuhkan jumlah koneksi sensor yang sangat masif bisa sampai dengan 1 juta per km2, serta
Ultra Reliable and Low Latency Communication (URLLC) untuk layanan yang membutuhkan latensi yang sangat rendah dan bersifat critical.
Faktor kedua, kata dia, modernisasi jaringan seluler 4G LTE, baik eNodeB (RAN) maupun EPC (core network). Secara global, jaringan 5G akan diimplementasikan secara Non Stand Alone (NSA), beroperasi bersamaan dengan jaringan 4G LTE yang berfungsi sebagai "jangkar".
Ketiga, fiberisasi sebagai kunci koneksi yang lebih stabil dan kapasitas yang lebih besar, berfungsi sebagai transport untuk menghubungkan elemen jaringan 5G.
Baca juga: Kemenkominfo apresiasi pusat riset teknologi "Open RAN" di Indonesia
Baca juga: Telkomsel dukung uji coba inovasi "telesurgery" pertama di Indonesia
"Nah inilah pentingnya frekuensi, mudah-mudahan hasil Analog Switch Off kemarin, di mana frekuensi emas kita frekuensi 700 Mhz itu nanti bisa digunakan untuk 5G, yang mudah-mudahan kalau tidak berubah jadwalnya di tahun depan. Hanya, berapa megahertz-nya yang akan dilelang itu tergantung kajian dari teman-teman di Direktorat Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika," ucapnya.
Namun, dalam pengimplementasian teknologi 5G di Indonesia, Wayan Toni menyadari adanya tantangan, seperti identifikasi use case yang signifikan dan berdampak langsung serta biaya investasi yang besar baik untuk penyelenggara seluler, pelaku industri yang memanfaatkannya, penyedia solusi terintegrasi, maupun penyedia perangkat atau ekosistem.
Untuk mengatasi hal ini, dia menilai diperlukan kesiapan dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, melibatkan co-research, sosialisasi, dan kampanye dengan partisipasi media.
Pemberdayaan riset oleh akademisi, koordinasi program antar kementerian atau lembaga, serta insentif dan disinsentif dari pemerintah juga dipandang menjadi langkah krusial.
"Itulah yang diharapkan oleh kita agar 5G ke depan berjalan dengan baik dan bisa mengantisipasi mahalnya investasi, kemungkinan juga perlu dikaji juga karena secara regulasi di Undang-Undang Cipta Kerja kita juga sudah mengatur tentang infrastruktur public sharing. Mudah-mudahan itu menjadi salah satu, kemudian dilakukan semacam refarming atau penataan kira-kira bagaimana investasi untuk 5G ini bisa lebih efisien," kata dia.
Lebih lanjut Wayan Toni menegaskan Kementerian Kominfo terus berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi pentahelix dengan kementerian atau lembaga terkait, pemerintah daerah, asosiasi, pelaku industri dan bisnis, akademisi, para pakar, dan media.
Tujuannya adalah mendorong implementasi teknologi 5G guna membuka peluang penjajakan dan kerjasama, mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta mewujudkan Visi Indonesia Digital 2045.
Baca juga: GSMA dorong pemerintah kaji ulang harga spektrum frekuensi 5G
Baca juga: GSMA: Perlu peta jalan pengembangan spektrum frekuensi di Indonesia
Baca juga: Menperin: ekosistem 5G tingkatkan efektivitas teknologi industri 4.0
"Terdapat tiga faktor utama yang diperlukan agar dapat mendorong 5G untuk memberikan layanan kualitas yang baik dan stabil, dan ini harus bersama-sama antara pemerintah dan operator," ujar Wayan Toni di Jakarta, Kamis.
Wayan Toni menurutkan, faktor pertama adalah ketersediaan spektrum frekuensi khusus (dedicated) pada tiga layer, yaitu low band (Sub 1GHz), middle band (Sub 6GHz), dan high band (mmWave).
Dia mengatakan spektrum frekuensi yang lebih tinggi memberikan bandwidth lebih lebar, meningkatkan kapasitas dan throughput, sementara spektrum frekuensi yang lebih rendah memberikan jangkauan layanan yang lebih luas.
Adapun penggunaan 5G pada spektrum frekuensi ini akan disesuaikan dengan jenis use case yang diimplementasikan.
Use case teknologi 5G sendiri terdiri dari tiga pilar utama, yaitu enhanced Mobile Broadband (eMBB) untuk layanan yang membutuhkan throughput download yang tinggi, Massive Machine Type Communication (MMTC) untuk layanan yang membutuhkan jumlah koneksi sensor yang sangat masif bisa sampai dengan 1 juta per km2, serta
Ultra Reliable and Low Latency Communication (URLLC) untuk layanan yang membutuhkan latensi yang sangat rendah dan bersifat critical.
Faktor kedua, kata dia, modernisasi jaringan seluler 4G LTE, baik eNodeB (RAN) maupun EPC (core network). Secara global, jaringan 5G akan diimplementasikan secara Non Stand Alone (NSA), beroperasi bersamaan dengan jaringan 4G LTE yang berfungsi sebagai "jangkar".
Ketiga, fiberisasi sebagai kunci koneksi yang lebih stabil dan kapasitas yang lebih besar, berfungsi sebagai transport untuk menghubungkan elemen jaringan 5G.
Baca juga: Kemenkominfo apresiasi pusat riset teknologi "Open RAN" di Indonesia
Baca juga: Telkomsel dukung uji coba inovasi "telesurgery" pertama di Indonesia
"Nah inilah pentingnya frekuensi, mudah-mudahan hasil Analog Switch Off kemarin, di mana frekuensi emas kita frekuensi 700 Mhz itu nanti bisa digunakan untuk 5G, yang mudah-mudahan kalau tidak berubah jadwalnya di tahun depan. Hanya, berapa megahertz-nya yang akan dilelang itu tergantung kajian dari teman-teman di Direktorat Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika," ucapnya.
Namun, dalam pengimplementasian teknologi 5G di Indonesia, Wayan Toni menyadari adanya tantangan, seperti identifikasi use case yang signifikan dan berdampak langsung serta biaya investasi yang besar baik untuk penyelenggara seluler, pelaku industri yang memanfaatkannya, penyedia solusi terintegrasi, maupun penyedia perangkat atau ekosistem.
Untuk mengatasi hal ini, dia menilai diperlukan kesiapan dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, melibatkan co-research, sosialisasi, dan kampanye dengan partisipasi media.
Pemberdayaan riset oleh akademisi, koordinasi program antar kementerian atau lembaga, serta insentif dan disinsentif dari pemerintah juga dipandang menjadi langkah krusial.
"Itulah yang diharapkan oleh kita agar 5G ke depan berjalan dengan baik dan bisa mengantisipasi mahalnya investasi, kemungkinan juga perlu dikaji juga karena secara regulasi di Undang-Undang Cipta Kerja kita juga sudah mengatur tentang infrastruktur public sharing. Mudah-mudahan itu menjadi salah satu, kemudian dilakukan semacam refarming atau penataan kira-kira bagaimana investasi untuk 5G ini bisa lebih efisien," kata dia.
Lebih lanjut Wayan Toni menegaskan Kementerian Kominfo terus berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi pentahelix dengan kementerian atau lembaga terkait, pemerintah daerah, asosiasi, pelaku industri dan bisnis, akademisi, para pakar, dan media.
Tujuannya adalah mendorong implementasi teknologi 5G guna membuka peluang penjajakan dan kerjasama, mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta mewujudkan Visi Indonesia Digital 2045.
Baca juga: GSMA dorong pemerintah kaji ulang harga spektrum frekuensi 5G
Baca juga: GSMA: Perlu peta jalan pengembangan spektrum frekuensi di Indonesia
Baca juga: Menperin: ekosistem 5G tingkatkan efektivitas teknologi industri 4.0
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Tags: