Jakarta (ANTARA) - Komisi I DPR RI menggelar Rapat Kerja (Raker) dengan Badan Intelijen Negara (BIN) yang membahas tentang kesiapan jelang Pemilu 2024.

"Kami membahas tentang kesiapan menghadapi pemilu karena kan kita lihat kemarin itu sempat ada penangkapan atau sejumlah teroris yang punya niatan untuk mengacaukan atau merusak dan mengganggu pemilu," kata Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono usai Raker yang berlangsung secara tertutup di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.

Dave menyebut BIN juga memaparkan tentang persiapan yang telah dilakukan institusinya untuk mengantisipasi potensi-potensi gangguan yang terjadi jelang pemilu.

"Mereka juga sampaikan bahwa untuk anggaran pengamanan pemilu memang itu difokuskan kepada TNI-Polri, akan tetapi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, mereka bisa melakukan pengamanan secara optimal, melakukan deteksi akan potensi-potensi kekisruhan dan kerusuhan," ujarnya.

Baca juga: Sidang MK, Kedekatan Kepala BIN dengan PDIP tak relevan dengan Pemilu

Baca juga: Sidang MK, Denny tuding BIN dan Polri tidak netral


Terkait hal tersebut, Dave menilai BIN sejauh ini telah menunjukkan kinerja yang cukup baik sehingga diharapkan pemilu berlangsung lancar.

"BIN sudah melakukan pertemuan dengan BINDA ya, BIN Daerah, mereka semua juga sudah memaparkan, dan kami melihat juga kinerja-nya sudah cukup baik. Kami harapkan pemilu juga bisa berjalan dengan baik, tanpa kendala ataupun kerusuhan yang bisa mengganggu pemilu," tutur dia.

Terpisah, anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini mengatakan bahwa rapat tersebut membahas tentang langkah BIN dalam melakukan deteksi dini dan antisipasi jelang Pemilu 2024.

"Bagaimana dia bisa mendeteksi dini tentang hal-hal yang bisa membuat kerusuhan, hoaks, mengadu domba, ya kan bisa saja," kata Jazuli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Baca juga: Bamsoet minta Polri, TNI, dan BIN pantau manuver politik

Dia menilai saat ini ancaman jelang pemilu yang mencolok jelang ialah berkaitan dengan aktivitas di ruang digital.

"Sekarang kan era-nya sudah era digital, orang bisa menggerakkan oleh alat-alat ini (ponsel), rata-rata orang bikin heboh itu berangkat dari ini. Orang membunuh karakter lewat sini, orang menyebar hoaks lewat sini, orang bikin berita bohong, black campaign lewat sini, yang kita butuhkan saat ini kampanye gagasan, bukan saling menjatuhkan, bukan saling membunuh karakter," ucap dia.