Washington (ANTARA) - Amerika Serikat mengatakan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir masih ditutup karena alasan keamanan.
"Pemahaman kami adalah mengingat kondisi keamanan yang menyebabkan penutupan perbatasan, sehingga penyeberangan perbatasan Rafah tetap ditutup hingga hari ini,” kata Wakil Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan pada Rabu (8/11).
Namun, ia mengatakan bahwa pemerintah AS terus bekerja sama dengan Mesir dan Israel untuk memungkinkan pembukaan kembali pintu perbatasan Rafah.
Patel mengatakan AS mengharapkan perbatasan Rafah akan dibuka kembali secara berkala untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan warga negara asing bisa keluar dari pusat pertempuran Israel dan kelompok Hamas Palestina itu.
Puluhan warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing dievakuasi dari Jalur Gaza ke Mesir melalui perbatasan Rafah dalam beberapa hari terakhir, menurut sumber-sumber Palestina.
Empat warga negara Indonesia (WNI) juga berhasil dievakuasi dari Gaza pada 2 November 2023, sementara tiga WNI lainnya masih menunggu perbatasan Rafah kembali dibuka untuk bisa meninggalkan Gaza.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sedikitnya 10.569 warga Palestina, termasuk 4.324 anak-anak dan 2.823 perempuan, telah terbunuh sejak saat itu. Sementara jumlah korban di Israel sekitar 1.600, menurut angka resmi pemerintah.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Empat WNI berhasil dievakuasi dari Gaza
Baca juga: 176 warga Palestina yang terluka dievakuasi dari Gaza ke Mesir
AS sebut perbatasan Rafah tertutup karena alasan keamanan
9 November 2023 16:37 WIB
Sebuah truk bermuatan bantuan kemanusiaan bersiap memasuki Gaza di sisi Mesir dari perbatasan Rafah pada 22 Oktober 2023. ANTARA/Xinhua/Ahmed Gomaa/aa.
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: