Kemenko Marves: Penguatan hulu-hilir dukung ekspor udang kompetitif
9 November 2023 15:25 WIB
Tangkapan layar Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Firman Hidayat dalam "Seminar Nasional & Shrimp Action Forum 2023" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (09/11/2023). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Firman Hidayat menyampaikan, penguatan industri udang dari hulu hingga hilir diperlukan agar ekspor komoditas tersebut masuk ke pasar regional dan global secara kompetitif.
"Kita perlu memperkuat kedua aspek penting industri udang, yakni hulunisasi dengan pengembangan kapasitas, kualitas, dan produktivitas usaha tambak, serta hilirisasi dengan pengembangan produk olahan bernilai tambah dan diversifikasi produk perikanan untuk bisa masuk ke pasar regional dan global secara kompetitif," kata Firman dalam Seminar Nasional & Shrimp Action Forum 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Firman mengatakan, Amerika Serikat dan Jepang menjadi tujuan utama ekspor udang Indonesia. Menurut dia, Indonesia seharusnya bisa mencari pasar-pasar baru lain yang potensial seperti Eropa, Timur Tengah, dan China mengingat kebutuhan pangan berbasis laut akan semakin meningkat.
"Untuk itu, sekali lagi kita harus melakukan perbaikan sistem produksi di sisi hulu, kemudahan perizinan, infrastruktur, skema perkreditan yang murah, tata kelola, dan lain-lainnya, didukung oleh afirmasi kebijakan dan regulasi di pusat dan daerah," kata dia.
Firman mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat dengan berbagai negara produsen udang di dunia seperti Vietnam, Thailand, India, dan Ekuador.
Tantangan tersebut mengharuskan pemangku kepentingan Indonesia untuk bertindak lebih cepat dan antisipatif dengan mengintegrasikan hulu-hilir industri udang yang lebih efisien dan berdaya saing.
Dia mencontohkan, keberhasilan tambak udang di Ekuador turut disokong dari penguatan dan pengembangan produksi induk dan industri pakan udang. Selain itu, kebijakan pemerintah yang kondusif juga turut menggenjot tambak udang Ekuador, termasuk akses kredit perbankan yang kuat, infrastruktur yang terjamin, keamanan usaha, serta konsistensi kebijakan yang ketat.
"Saya kira pelajaran-pelajaran dari berbagai negara mungkin kita bisa tiru dalam pelaksanaannya dalam mendorong akuakultur yang ada di Indonesia," ujar Firman.
Dia pun berharap agar semua kementerian/lembaga serta instansi terkait bisa saling memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk mendukung kebangkitan industri udang nasional. Dengan memperkuat kolaborasi, diharapkan target produksi udang sebesar 2 juta ton pada 2024 dan target lainnya terkait pengembangan tambak rakyat dalam RPJMN 2020-2024 bisa direalisasikan.
"Saya tegaskan dan sampaikan dalam forum seminar ini agar kita bersama-sama memperkuat afirmasi kebijakan pada tambak rakyat tradisional untuk keberlanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan devisa dari tambak udang ini," kata Firman.
Baca juga: Bappenas: Perlu akselerasi pengembangan tambak guna capai target RPJMN
"Kita perlu memperkuat kedua aspek penting industri udang, yakni hulunisasi dengan pengembangan kapasitas, kualitas, dan produktivitas usaha tambak, serta hilirisasi dengan pengembangan produk olahan bernilai tambah dan diversifikasi produk perikanan untuk bisa masuk ke pasar regional dan global secara kompetitif," kata Firman dalam Seminar Nasional & Shrimp Action Forum 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Firman mengatakan, Amerika Serikat dan Jepang menjadi tujuan utama ekspor udang Indonesia. Menurut dia, Indonesia seharusnya bisa mencari pasar-pasar baru lain yang potensial seperti Eropa, Timur Tengah, dan China mengingat kebutuhan pangan berbasis laut akan semakin meningkat.
"Untuk itu, sekali lagi kita harus melakukan perbaikan sistem produksi di sisi hulu, kemudahan perizinan, infrastruktur, skema perkreditan yang murah, tata kelola, dan lain-lainnya, didukung oleh afirmasi kebijakan dan regulasi di pusat dan daerah," kata dia.
Firman mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat dengan berbagai negara produsen udang di dunia seperti Vietnam, Thailand, India, dan Ekuador.
Tantangan tersebut mengharuskan pemangku kepentingan Indonesia untuk bertindak lebih cepat dan antisipatif dengan mengintegrasikan hulu-hilir industri udang yang lebih efisien dan berdaya saing.
Dia mencontohkan, keberhasilan tambak udang di Ekuador turut disokong dari penguatan dan pengembangan produksi induk dan industri pakan udang. Selain itu, kebijakan pemerintah yang kondusif juga turut menggenjot tambak udang Ekuador, termasuk akses kredit perbankan yang kuat, infrastruktur yang terjamin, keamanan usaha, serta konsistensi kebijakan yang ketat.
"Saya kira pelajaran-pelajaran dari berbagai negara mungkin kita bisa tiru dalam pelaksanaannya dalam mendorong akuakultur yang ada di Indonesia," ujar Firman.
Dia pun berharap agar semua kementerian/lembaga serta instansi terkait bisa saling memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk mendukung kebangkitan industri udang nasional. Dengan memperkuat kolaborasi, diharapkan target produksi udang sebesar 2 juta ton pada 2024 dan target lainnya terkait pengembangan tambak rakyat dalam RPJMN 2020-2024 bisa direalisasikan.
"Saya tegaskan dan sampaikan dalam forum seminar ini agar kita bersama-sama memperkuat afirmasi kebijakan pada tambak rakyat tradisional untuk keberlanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan devisa dari tambak udang ini," kata Firman.
Baca juga: Bappenas: Perlu akselerasi pengembangan tambak guna capai target RPJMN
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023
Tags: