Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada pertengahan abad atau tahun 2050-an akan terjadi kerentanan ketahanan pangan akibat kenaikan suhu bumi yang menyebabkan global water hotspot atau krisis air.

"Pertengahan abad, tahun 2050-an diprediksi akan terjadi kekurangan pangan akibat dari kekeringan atau kekurangan air," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Rabu.

Di Indonesia, kata dia, ancaman kekeringan tidak terhindarkan meskipun dalam pemetaan tingkat kerentanannya berada pada level menengah.

"Indonesia ini levelnya menengah dan kita akan kesulitan impor karena negara-negara sumber penghasil pangan pun malah lebih parah mengalami kekeringan," tuturnya.

Baca juga: Kepala BMKG paparkan kendala penyerapan anggaran, baru 65,07 persen

Baca juga: Kepala BMKG dorong lulusan STMKG berinovasi tekan risiko bencana


Ia mengatakan kenaikan suhu di wilayah Indonesia masih relatif baik, meskipun ada kenaikan tapi tidak sebesar negara lain karena wilayah laut Indonesia lebih luas dibandingkan daratan sehingga dapat berperan menjadi pendingin.

Dalam kesempatan itu, Dwikorita menyarankan agar ada penguatan mitigasi perubahan iklim. Di antaranya, memperluas penerapan transformasi energi, dari fosil ke nonfosil, kemudian menggalakkan gaya hidup ramah lingkungan.

Selain itu, ia menambahkan perlu peningkatan literasi iklim untuk masyarakat, pemerintah pusat dan daerah, serta akademisi dan swasta, serta penguatan systematic observation sebagai fundamental dari science based climate policy.

Ia menambahkan penguatan SDM di berbagai sektor juga diperlukan dalam rangka mendukung ketahanan iklim.

"Perlu juga pembangunan ketahanan iklim di empat sektor prioritas, yaitu perairan, pertanian, kesehatan serta pesisir dan laut," katanya.*

Baca juga: BMKG ajak dunia kolaborasi hasilkan data kelautan akurat dan handal

Baca juga: BMKG: Sejumlah wilayah berpotensi hujan lebat