Orang tua perlu kesiapan psikologis untuk hadapi anak dengan mikrotia
7 November 2023 22:24 WIB
Arsip foto - Dokter spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) memeriksa telinga anak saat program kesehatan telinga Millenial Road Safety Festival Polres Lhokseumawe, di Lhokseumawe, Aceh, Minggu (10/3/2019). (ANTARA FOTO/Rahmad/foc)
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Prof. Dr. dr., Mirta Hediyati Reksodiputra, Sp.THT-BKL, Subsp.FPR(K), mengatakan bahwa kesiapan psikologis orang tua perlu diperhatikan untuk menghadapi anak dengan mikrotia.
“Karena kondisi psikologis orang tua itu sangat berperan penting dan dapat dirasakan oleh anak. Anak itu bisa merasakan kalau orang tuanya sedang cemas atau tidak terima terhadap situasi tertentu,” ujar Mirta saat acara daring tentang kewaspadaan mikrotia yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Mikrotia merupakan kelainan yang menyebabkan daun telinga bayi tidak terbentuk sempurna sehingga terlihat lebih kecil daripada daun telinga normal. Oleh karena itu, mikrotia juga disebut telinga kecil.
Baca juga: Hal yang perlu diperhatikan mereka dengan kondisi telinga kecil
Mirta menuturkan bahwa penting bagi orang tua dengan anak penderita mikrotia untuk memiliki acceptance atau menerima situasi yang terjadi dengan lapang dada sebelum berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya mengenai penanganan anak dengan mikrotia, misalnya perencanaan operasi dan sebagainya.
Selain kondisi psikologis orang tua, aspek psikologis pada anak pun harus diperhatikan agar dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Anak yang terlahir dengan mikrotia perlu memahami bahwa dia memiliki kelebihan.
“Anak harus menjadi seorang manusia yang berjiwa besar dan dia juga perlu tahu bahwa walaupun dia punya kelainan, tapi, dia juga punya kelebihan,” ucap Mirta.
Mirta percaya bahwa setiap orang memiliki bakatnya masing-masing. Bersama orang tua, anak bisa mengembangkan bakatnya agar dia dapat menjalani aktivitasnya sehari-hari tanpa merasa rendah diri di hadapan teman-temannya.
“Jadi, jangan kecil hati. Pasti akan ada jalan dan pasti kita bisa mengatasi itu secara bersama-sama,” kata Mirta.
Baca juga: Orang dengan telinga kecil masih bisa berkomunikasi
Pendiri Indonesian Microtia and Atresia Community (IMAC) Anita Putri Ayu menuturkan bahwa adanya rasa sedih saat pertama mengetahui kondisi anak adalah hal yang wajar.
“Boleh sedih, boleh kecewa, tapi, kita tetap harus bisa bangkit, dan pada waktunya nanti kita harus dapat mempertimbangkan apa yang harus diperbuat,” kata Anita.
Oleh karena itu, dia menyarankan orang tua yang memiliki anak dengan mikrotia untuk berkomunikasi dengan pasangan dan anggota keluarga dekat lainnya agar saling menguatkan.
“Kita juga punya komunitas, jadi itulah yang mendukung kita bahwa kita memang tidak menghadapi ini sendiri,” ujar Anita.
Baca juga: Kata dokter tentang pencegahan dan penanganan telinga kecil
Baca juga: Kesehatan telinga penting untuk jaga keseimbangan tubuh
Baca juga: Kenali faktor risiko gangguan pendengaran pada anak
“Karena kondisi psikologis orang tua itu sangat berperan penting dan dapat dirasakan oleh anak. Anak itu bisa merasakan kalau orang tuanya sedang cemas atau tidak terima terhadap situasi tertentu,” ujar Mirta saat acara daring tentang kewaspadaan mikrotia yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Mikrotia merupakan kelainan yang menyebabkan daun telinga bayi tidak terbentuk sempurna sehingga terlihat lebih kecil daripada daun telinga normal. Oleh karena itu, mikrotia juga disebut telinga kecil.
Baca juga: Hal yang perlu diperhatikan mereka dengan kondisi telinga kecil
Mirta menuturkan bahwa penting bagi orang tua dengan anak penderita mikrotia untuk memiliki acceptance atau menerima situasi yang terjadi dengan lapang dada sebelum berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya mengenai penanganan anak dengan mikrotia, misalnya perencanaan operasi dan sebagainya.
Selain kondisi psikologis orang tua, aspek psikologis pada anak pun harus diperhatikan agar dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Anak yang terlahir dengan mikrotia perlu memahami bahwa dia memiliki kelebihan.
“Anak harus menjadi seorang manusia yang berjiwa besar dan dia juga perlu tahu bahwa walaupun dia punya kelainan, tapi, dia juga punya kelebihan,” ucap Mirta.
Mirta percaya bahwa setiap orang memiliki bakatnya masing-masing. Bersama orang tua, anak bisa mengembangkan bakatnya agar dia dapat menjalani aktivitasnya sehari-hari tanpa merasa rendah diri di hadapan teman-temannya.
“Jadi, jangan kecil hati. Pasti akan ada jalan dan pasti kita bisa mengatasi itu secara bersama-sama,” kata Mirta.
Baca juga: Orang dengan telinga kecil masih bisa berkomunikasi
Pendiri Indonesian Microtia and Atresia Community (IMAC) Anita Putri Ayu menuturkan bahwa adanya rasa sedih saat pertama mengetahui kondisi anak adalah hal yang wajar.
“Boleh sedih, boleh kecewa, tapi, kita tetap harus bisa bangkit, dan pada waktunya nanti kita harus dapat mempertimbangkan apa yang harus diperbuat,” kata Anita.
Oleh karena itu, dia menyarankan orang tua yang memiliki anak dengan mikrotia untuk berkomunikasi dengan pasangan dan anggota keluarga dekat lainnya agar saling menguatkan.
“Kita juga punya komunitas, jadi itulah yang mendukung kita bahwa kita memang tidak menghadapi ini sendiri,” ujar Anita.
Baca juga: Kata dokter tentang pencegahan dan penanganan telinga kecil
Baca juga: Kesehatan telinga penting untuk jaga keseimbangan tubuh
Baca juga: Kenali faktor risiko gangguan pendengaran pada anak
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: