Batam (ANTARA News) - Mentari di ufuk barat masih tinggi, namun bola merahnya terlihat besar tanpa biasan sinar yang menyilaukan mata.
Pinggir pantai di negeri seberang juga tidak terlihat, hanya halimun menutupi laut lepas jelang petang dalam tiga hari terakhir.
Pantai Tanjungpinggir, pulau Batam merupakan wilayah terdekat dengan Singapura. Dari pantai ini terlihat jelas kapal-kapal yang melintasi Selat Philip serta deretan gedung-gedung pencakar langit di negeri seberang Singapura.
Namun, pantai yang menjadi penyejuk mata ini, kini hanya menyajikan pemandangan kabut asap sejauh mata memandang.
"Tak ada lagi pemandangan kota Singapura karena `ditangkup jerebu`," ujar Ahmad, salah seorang warga Batam yang sengaja berkunjung ke Tanjungpinggir, Kamis (20/6) petang.
Ditangkup jerebu maksudnya tertutup kabut asap. Tidak hanya Batam atau wilayah Kepulauan Riau lainnya yang dalam sepekan terakhir ditutupi kabut asap, namun Singapura dan beberapa negara bagian di Semenanjung Malaysia juga tertutup kabut asap yang dibawa angin akibat pembakaran hutan dan lahan di pulau Sumatra.
Kabut asap tidak hanya memperpendek jarak pandang dan menyebabkan mata perih tetapi juga menganggu pernapasan karena hidung terasa sesak. Kondisi tersebut dalam tiga hari terakhir makin parah karena kabut asap makin tebal.
Pemerintah negeri jiran juga mengimbau warga disana untuk tidak beraktivitas di luar rumah terutama bagi anak-anak dan warga emas (orang tua) karena dikuatirkan kualitas udara yang buruk akan merentankan kesehatan mereka.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam memantau pada Kamis terdapat 1.403 titik panas (hotspot), indikasi terjadi kebakaran lahan dan hutan, yang tersebar di penjuru Pulau Sumatera.
"Dari data satelit, ada 1.403 titik panas Sumatera, dan terkonsentrasi di Riau," kepala stasiun BMKG Bandara Hang Nadim Batam, Philip Mustamu.
Sedangkan berdasarkan pantauan citra satelit NOAA-15, BMKG mencatat peningkatan aktivitas titik panas sebanyak 234 titik panas di wilayah Sumatera yang tersebar di Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Utara. Selain di Sumatera, BMKG juga memantau lima titik panas di Kalimantan.
Ia menjelaskan, angin bertiup dari barat ke timur. Artinya, kabut asap kebakaran Riau akan terbawa ke wilayah Kepri dan Singapura.
Sementara angin rata-rata di sekitar Riau dan Kepulauan Riau bertiup dari arah Barat Daya hingga Barat Laut, yang mendukung penyebaran asap di wilayah Kepulauan Riau dan mengakibatkan jarak pandang mendatar secara umum menurun menjadi kurang dari 4 km, sedangkan di wilayah Tanjung Balai Karimun, Batam, dan Tarempa bisa mencapai kurang dari 1 km.
Meski begitu, ia mengatakan jika terjadi hujan, maka kabut akan hilang. Sebaliknya, jika kelembaban menurun, maka debu akan terbawa ke bawah dan mempertebal kabut di udara.
Buruknya kualitas udara juga diakui Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Batam Dendi Purnomo. Ia mengimbau warga menggunakan masker pernafasan bila ke luar rumah karena pencemaran udara semakin memburuk.
Berdasarkan data pengujian kadar yang dilakukan Bapedalda Batam, konsentrasi debu terus meningkat sejak Rabu pagi hingga malam. Data yang diambil pukul 18.00 WIB menunjukkan konsentrasi mencapai 650 mikrogram/m3, jauh di atas ambang normal 230 mikrogram/m3.
Pada hari normal, berdasarkan pemantauan kadar debu (TSP) yang dilakukan Bapedalda Kota Batam di 12 kecamatan, kadar debu Batam hanya sekitar 50-70 mikrogram/m3. Namun sejak tiga hari yang lalu, angka TSP menyentuh di atas 100 mikrogram/m3.
Singapura Tawarkan Bantuan
Makin buruknya kualitas udara di Singapura, menyebabkan pemerintah negeri jiran itu menawarkan bantuan kepada Pemerintah Indonesia untuk menangani kebakaran hutan di daratan Pulau Sumatera.
"Mereka menyampaikan dan menawarkan bantuan itu dari Vivian Balakrishnan, Minister for the Environment and Water Resources," kata Bagian Urusan Penerangan Kedutaan Besar RI untuk Singapura, Simon kepada ANTARA.
Namun, lanjut dia, pihak Singapura tidak menjelaskan bantuan yang akan diberikan untuk Indonesia.
Terkait bantuan itu, ia mengatakan Pemerintah Indonesia terbuka untuk setiap bantuan yang diberikan untuk mengurangi dampak kebakaran di Sumatera.
Pemerintah Indonesia kepada Singapura menjelaskan, kabut asap bukan hanya terjadi di Singapura, melainkan juga wilayah lain di Indonesia seperti di Batam dan wilayah lainnya di Provinsi Kepulauan Riau dan wilayah Provinsi Riau.
"Masalah ini concern bersama, tidak hanya Singapura sendiri. Pemerintah Indonesia tidak akan tinggal diam," kata dia.
Pemerintah Indonesia juga sudah berupaya memadamkan kebakaran hutan. Dari 850 ha hutan yang terbakar, pemerintah sudah memadamkan sekitar 460 ha.
Sementara itu, kata dia, CEO National Enviropment Agency Singapura mengadakan pertemuan darurat dengan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia ditemani Kementerian Luar Negeri mengenai kabut asap di Jakarta.
"Mungkin dalam pertemuan itu akan dibahas bantuan-bantuan yang bisa diberikan Singapura," kata dia.
Mengenai kondisi terakhir di Singapura, ia mengatakan, Kamis siang sekitar pukul 13.00 waktu setempat, kualitas udara mencapai 371 psi. "Siang ini, PSI reading sudah mencapai 371 di Singapura, ini termasuk yang terparah," kata Simon.
Ia mengatakan, Pemerintah Singapura sudah mengeluarkan pernyataan keras yang mengecam pembakaran hutan yang berujung pada kabut asap.
Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya saat mengunjungi Batam pada Rabu (19/6) meminta pelaku pembakaran hutan Sumatera diproses secara hukum, karena menyebabkan pencemaran udara ke beberapa daerah lain, bahkan sampai ke negara tetangga.
"Penjara saja orang yang bakar itu. Jangan ambil gampang saja, membakar untuk menanam," kata Menteri seusai membuka Rapat Kerja Nasional Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Batam.
Tim Kementerian Lingkungan Hidup, kata dia, sudah turun ke lapangan untuk menyelidiki penyebab dan pelaku kebakaran hutan di Sumatera. Pihaknya akan segera turun ke Kabupaten Bengkalis, salah satu wilayah di Riau yang memiliki titik api terbanyak untuk mengusut kebakaran di lahan perusahaan.
Menteri menduga, kebakaran hutan dilakukan oleh perusahaan asal Singapura atau Malaysia yang tidak bertanggungjawab. "Nanti kami cek, siapa pemilik perusahaan, baru nanti berkoordinasi," kata dia.
Mengenai keluhan Menteri Lingkungan Singapura, Balthasar mengatakan bahwa ia sudah bertemu dan berbincang mengenai kabut asap yang tertiup hingga Negeri Jiran itu.
"Disampaikan, arah angin ke Singapura, dicari sumber apinya," kata dia.
Berbagai upaya untuk memadamkan kobaran api di lahan-lahan yang terbakar telah dilakukan baik masyarakat, perusahaan maupun pemerintah daerah, namun kobaran api di musim kemarau ini tidak mampu cepat diredam siraman air.
Jadi, masyarakat yang bermukim di Kepulauan Riau, Singapura dan Tanah Semenanjung, harus pula banyak bersabar dengan kondisi udara yang terjadi saat ini.
Singapura ditangkup "jerebu"
21 Juni 2013 09:04 WIB
Seorang tamu hotel berenang di kolam renang Marina Bay Sands Skypark dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit yang tertutup kabut asap di Singapura, Senin (17/6). ((ANTARA FOTO/REUTERS)
Oleh Evy R. Syamsir dan YJ Naim
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Tags: