Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pelemahan rupiah salah satunya dipengaruhi oleh melambatnya data perekonomian di China.

“Pelemahan di China menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia yang lebih luas, yang bergantung pada negara tersebut sebagai pusat perdagangan,” ujar Ibrahim dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Data perdagangan China mengecewakan, ekspor menyusut lebih dari yang diperkirakan pada Oktober 2023, sedangkan surplus neraca perdagangan menyempit ke level terlemah dalam 17 bulan.

Baca juga: Rupiah melemah karena reaksi “short-covering” pasar

Meskipun impor meningkat secara tak terduga, pelemahan ekspor menandakan berlanjutnya penurunan mesin ekonomi terbesar China yaitu eksportirnya.

Ibrahim menjelaskan, sebagian besar penurunan tersebut disebabkan oleh memburuknya permintaan di negara tujuan ekspor terbesar negara tersebut di wilayah Barat.

Kemudian, pada akhir pekan ini China akan merilis data inflasi, yang diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk terhadap raksasa Asia tersebut.

Dari Amerika Serikat (AS), Presiden Fed Bank Minneapolis Kashkari Neel memperingatkan, meskipun The Fed telah membuat beberapa kemajuan dalam melawan inflasi, namun angka tersebut masih jauh di atas target bank sentral sebesar 2 persen.

“Sebuah tren yang dapat menarik lebih banyak kenaikan suku bunga,” ujar Ibrahim.

Baca juga: Dolar AS menguat seiring investor nantikan pidato Ketua Fed

Sebelum komentar Kashkari, pasar memperkirakan hampir 100 persen bahwa The Fed telah menyelesaikan siklus kenaikan suku bunganya, terutama menyusul melemahnya data gaji pada pekan lalu.

Apabila nilai tukar mata uang maupun suku bunga AS masih tinggi, maka akan mempengaruhi banyak negara untuk merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka pada 2024 mendatang.

Sementara itu, pada kuartal III-2023, ekonomi Indonesia mencapai 4,94 persen year on year (yoy) atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di dunia.

Pada penutupan perdagangan Selasa ini, mata uang rupiah melemah sebesar 172 poin atau 1,11 persen menjadi Rp15.648 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.539 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turut melemah ke posisi Rp15.593 dari sebelumnya Rp15.550 per dolar AS.