Pengungsi Syiah Sampang dipindah ke Sidoarjo
20 Juni 2013 15:36 WIB
Dua balita bersama sejumlah pengungsi lainnya pengikut aliran Syiah tertidur pulas di tempat pengungsian di lapangnan tenis indoor, Sampang, Madura, Jatim, Jumat (30/12). (FOTO ANTARA/Saiful Bahri)
Sampang (ANTARA News) - Warga Sampang penganut aliras Islam Syiah korban tragedi kemanusian yang selama ini mengungsi di lokasi gedung olahraga (GOR) Wijaya Kusuma Sampang, Madura, mulai dipindah ke Sidoarjo, Jatim, Kamis.
Menurut Kabag Humas Pemkab Sampang Heri Setiono sebanyak enam unit mobil dipersiapkan mengangkut para pengungsi itu, termasuk satu unit bus milik Pemkab Sampang.
"Mereka akan dipindah ke Puspa Agro di Sidoarjo dan para pengungsi itu akan tinggal di sana," tuturnya.
Heri menjelaskan, pemindahan para pengungsi penganut aliras Islam Syiah ke Puspa Agro Sidoarjo, itu berdasarkan kesepakatan bersama antara Pemkab Sampang dengan Pemprov Jatim dan pimpinan DPRD.
Selain itu, pemindahan itu juga dimaksudkan agar situasi keamanan di Kabupaten Sampang bisa kembali normal.
Para pengungsi Syiah itu kini mulai mengemasi barang-barangnya dan mereka mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian dari jajaran Polres Sampang dan Polda Jatim.
Heri menjelaskan, pemindahan pengungsi Syiah dari Sampang ke Sidoarjo ini karena pertimbangan keamanan dan kenyamanan pengungsi dan tidak ada pengusiran dari siapapun.
Pengungsi Syiah yang tinggal di gedung olahraga (GOR) Wijaya Kusuma ini merupakan korban tragedi kemanusiaan yang terjadi pada 2012.
Konflik antara Islam Syiah dan Sunni di Sampang, Madura ini berawal dari hubungan keluarga antara pimpinan Islam Syiah Tajul Muluk dengan saudaranya Rois Al Hukama.
Ketika itu, keduanya masih sama-sama menganut aliran Islam Syiah. Namun karena persoalan perempuan, Rois akhirnya memilih keluar dari aliran itu. Sejak saat itu, maka tersiar kabar di kalangan masyarakat Sampang penganut aliran Sunni bahwa Tajul Muluk mengajarkan aliran Islam sesat, hingga akhirnya terjadi penyerahan kepala kelompok pengikut aliran Syiah pimpinan Tajul Muluk.
Pada Agustus 2012, perkampungan pengikut aliran Islam Syiah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang diserang kelompok bersenjata dan menyebabkan satu orang tewas, serta enam orang lainnya luka-luka.
Sebanyak 47 unit rumah milik penganut aliran Islam ini juga dibakar, termasuk madrasah dan mushalla penganut aliran Islam Syiah.
Penyerangan yang terjadi pada Agustus 2012 itu merupakan kali kedua. Sebelumnya pada Desember 2011, pengikut Tajul Muluk ini juga pernah diserang, dan sekitar 300 kepala keluarga terpaksa menungsi.
Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan pemerintah, termasuk berupaya mendamaikan kedua belah pihak, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil, hingga akhirnya pemerintah memutuskan agar penganut aliran Islam Syiah di Sampang itu dipindah, sesuai dengan keinginan mayoritas ulama di Pulau Garam itu.
Menurut Kabag Humas Pemkab Sampang Heri Setiono sebanyak enam unit mobil dipersiapkan mengangkut para pengungsi itu, termasuk satu unit bus milik Pemkab Sampang.
"Mereka akan dipindah ke Puspa Agro di Sidoarjo dan para pengungsi itu akan tinggal di sana," tuturnya.
Heri menjelaskan, pemindahan para pengungsi penganut aliras Islam Syiah ke Puspa Agro Sidoarjo, itu berdasarkan kesepakatan bersama antara Pemkab Sampang dengan Pemprov Jatim dan pimpinan DPRD.
Selain itu, pemindahan itu juga dimaksudkan agar situasi keamanan di Kabupaten Sampang bisa kembali normal.
Para pengungsi Syiah itu kini mulai mengemasi barang-barangnya dan mereka mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian dari jajaran Polres Sampang dan Polda Jatim.
Heri menjelaskan, pemindahan pengungsi Syiah dari Sampang ke Sidoarjo ini karena pertimbangan keamanan dan kenyamanan pengungsi dan tidak ada pengusiran dari siapapun.
Pengungsi Syiah yang tinggal di gedung olahraga (GOR) Wijaya Kusuma ini merupakan korban tragedi kemanusiaan yang terjadi pada 2012.
Konflik antara Islam Syiah dan Sunni di Sampang, Madura ini berawal dari hubungan keluarga antara pimpinan Islam Syiah Tajul Muluk dengan saudaranya Rois Al Hukama.
Ketika itu, keduanya masih sama-sama menganut aliran Islam Syiah. Namun karena persoalan perempuan, Rois akhirnya memilih keluar dari aliran itu. Sejak saat itu, maka tersiar kabar di kalangan masyarakat Sampang penganut aliran Sunni bahwa Tajul Muluk mengajarkan aliran Islam sesat, hingga akhirnya terjadi penyerahan kepala kelompok pengikut aliran Syiah pimpinan Tajul Muluk.
Pada Agustus 2012, perkampungan pengikut aliran Islam Syiah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang diserang kelompok bersenjata dan menyebabkan satu orang tewas, serta enam orang lainnya luka-luka.
Sebanyak 47 unit rumah milik penganut aliran Islam ini juga dibakar, termasuk madrasah dan mushalla penganut aliran Islam Syiah.
Penyerangan yang terjadi pada Agustus 2012 itu merupakan kali kedua. Sebelumnya pada Desember 2011, pengikut Tajul Muluk ini juga pernah diserang, dan sekitar 300 kepala keluarga terpaksa menungsi.
Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan pemerintah, termasuk berupaya mendamaikan kedua belah pihak, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil, hingga akhirnya pemerintah memutuskan agar penganut aliran Islam Syiah di Sampang itu dipindah, sesuai dengan keinginan mayoritas ulama di Pulau Garam itu.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
Tags: