Jakarta (ANTARA) - Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko mengatakan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif hingga enam bulan dapat mencegah pneumonia delapan kali lipat dibandingkan dengan balita tanpa ASI.

“ASI eksklusif cegah pneumonia delapan kali lipat dibanding tanpa ASI, begitu juga sebaliknya balita yang tidak mendapatkan ASI berpotensi delapan kali lipat terkena pneumonia,” katanya dalam “Peringatan Hari Pneumonia Sedunia” di Jakarta, Senin.

Pencegahan terhadap infeksi paru akibat bakteri Streptococcus pneumoniae atau dikenal dengan Pneumokokus, menurutnya, karena ASI mengandung zat kekebalan terhadap infeksi, di antaranya protein, laktoferin, imunoglobulin, dan antibodi.

“Banyak bukti ilmiah yang memperlihatkan bahwa ASI yang diberikan secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi balita untuk tumbuh dan berkembang,” ujarnya.

Setelah enam bulan pemberian ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan mineral, seperti zat besi dan seng, katanya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya zat besi.

“Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) harus yang cukup protein hewani dan nabati,” ucapnya.

Baca juga: Anggota DPR ajak cegah stunting dengan memberi bayi ASI eksklusif

Selain itu, kata dia, upaya pencegahan pneumonia pada balita maupun anak-anak perlu dilakukan dengan menghindari orang yang sedang batuk pilek, polusi asap rokok, kompor, kendaraan, pembakaran sampah, dan debu jalanan.

“Penting juga untuk menjaga sirkulasi udara di rumah, memakai masker di tempat yang banyak polusi asap dan debu, serta melengkapi imunisasi balita terutama PCV,” ujarnya.

Dia mengatakan sejak Juni 2023 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah resmi mengeluarkan izin untuk penggunaan vaksin PCV15 untuk diberikan rutin pada umur dua sampai dengan empat bulan, kemudian 11 sampai dengan 15 bulan, hingga pada usia 17 tahun.

Jenis vaksin PCV tersebut, ujarnya, lebih unggul dibandingkan dengan PCV10 dan PCV13 yang dimiliki Indonesia sebelumnya untuk melawan 10 sampai dengan 13 serotipe.

Ia mengatakan serotipe merupakan variasi yang berbeda dalam satu spesies bakteri atau virus, di mana seiring berjalan waktu bakteri Pneumokokus juga bertumbuh dan berkembang membentuk spesies-spesies baru.

PCV15, ujarnya, dapat melindungi dari bahaya 15 serotipe, termasuk jenis baru 22F dan 33 FF di Indonesia.

Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya peran ibu berikan ASI eksklusif
Baca juga: Kemenkes paparkan porsi makan yang tepat bagi ibu menyusui
Baca juga: Kemenko PMK: Tingkatkan sosialisasi mengenai manfaat ASI eksklusif