Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Cissy Kartasasmita mengatakan pneunomia hingga saat ini masih dianggap sebagai batuk biasa di kalangan masyarakat.

"Padahal World Health Organization merilis data yang menyebut pneumonia sebagai silent killer yang selama ini kerap tak diperhatikan," kata Cissy Kartasasmita dalam agenda peringatan Hari Penumonia Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Dokter spesialis anak konsultan respirologi itu mengatakan pneumonia masih menjadi penyebab terbesar kematian balita secara global. Setiap 30 detik, kata dia, seorang balita meninggal karena pneumonia.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 2022, kata Cissy, ada dua hingga tiga balita yang meninggal karena pneumonia setiap jam di Indonesia. Kondisi itu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-8 di dunia dalam hal kematian balita karena pneumonia.

Baca juga: Pneumonia Pembunuh Anak Nomor Satu di Dunia

Dalam kesempatan itu Cissy mengatakan pneunomia merupakan peradangan pada jaringan paru-paru yang dipicu bermacam hal, mulai dari bayi yang lahir prematur dengan berat badan yang kurang, kekurangan vitamin A, malnutrisi, tidak mendapatkan imunisasi lengkap, cuaca dingin, hingga terpapar polusi.

"Buruknya kualitas udara belakangan ini juga turut memicu pneunomia karena polusi merusak mekanisme pertahanan saluran pernapasan. Namun sayangnya, kadang batuk pada anak kerap dianggap sepele, padahal batuk merupakan salah satu gejala pneunomia," katanya.

Agar tak terlambat mendeteksi pneunomia, Cissy menyarankan orang tua untuk langsung memeriksakan kondisi sang anak ke dokter jika batuk dibarengi dengan demam. Orang tua juga bisa ikut menghitung laju napas saat anak beristirahat.

"Jika laju nafasnya cepat dan dinding dada tertarik ke dalam saat menarik nafas, maka harus segera diperiksa karena dicurigai pneunomia," katanya.

Kegiatan diskusi bertajuk "Lindungi Generasi Bangsa, #CegahPneunomiaAnak Melalui Vaksin" digagas MSD Indonesia dalam rangka memperingati Hari Pneumonia Sedunia.

Baca juga: Vaksin pneumonia salah satu cara tingkatkan kekebalan tubuh lansia
Baca juga: Spesialis Paru: Polusi salah satu faktor risiko meningkatnya pneumonia