Ekonom: Percepat penyerapan anggaran akselerasi pertumbuhan ekonomi
6 November 2023 16:17 WIB
Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky dalam Forum Merdeka Barat 9 secara daring di Jakarta, Selasa (17/5/2022). ANTARA/Agatha Olivia.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky mengatakan pemerintah perlu mempercepat penyerapan anggaran dan belanja fiskal sebelum akhir 2023 untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
"Stimulus yang bisa dilakukan pemerintah untuk bisa mengejar target pertumbuhan tentu dengan meningkatkan spending fiskal," kata Teuku saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2023 tercatat sebesar 4,94 persen persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III-2022 sebesar 5,73 persen yoy.
Menurut Teuku, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan estimasi pihaknya, namun perlambatan ekonomi itu jauh lebih besar dari yang dia prediksi.
Dengan perkembangan tersebut, ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2023 masih di kisaran 4,9 persen hingga 5 persen.
Di sisi lain, ia menuturkan surplus anggaran negara dapat digunakan secara optimal untuk belanja produktif dan memacu kinerja sektor-sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan surplus sebesar Rp67,7 triliun atau setara 0,32 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga September 2023.
"Kita melihat sampai di Oktober ini kita aja masih surplus anggaran, jadi ini penyerapan anggaran dan disbursement dari belanja fiskal perlu terus dipercepat," ujarnya.
Sebelumnya, nilai surplus APBN pada September 2023 lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus APBN pada September 2022 yang tercatat sebesar Rp60,9 triliun atau sekitar 0,33 persen dari PDB.
Surplus APBN pada September diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan belanja negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pendapatan negara pada September 2023 tercatat sebesar Rp2.035,6 triliun. Capaian tersebut menandakan realisasi pendapatan negara telah mencapai 82,6 persen dari pagu anggaran.
Nilai itu mengalami pertumbuhan apabila dibandingkan capaian September 2022 yang tercatat sebesar Rp1.974,7 triliun.
Sementara belanja negara tercatat sebesar Rp1.967,9 triliun atau tumbuh dibandingkan capaian September 2022 yang sebesar Rp1.913,9 triliun. Dengan perolehan itu, maka realisasi belanja negara pada September telah mencapai 64,3 persen dari pagu anggaran APBN 2023.
Dari kinerja APBN tersebut, Kementerian Keuangan mencatat keseimbangan primer pada September 2023 juga mengalami surplus sebesar Rp389,7 triliun.
Baca juga: KSSK sebut sistem keuangan RI triwulan III-2023 tetap terjaga
Baca juga: Realisasi belanja negara capai Rp1.967,9 triliun hingga September 2023
"Stimulus yang bisa dilakukan pemerintah untuk bisa mengejar target pertumbuhan tentu dengan meningkatkan spending fiskal," kata Teuku saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2023 tercatat sebesar 4,94 persen persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III-2022 sebesar 5,73 persen yoy.
Menurut Teuku, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan estimasi pihaknya, namun perlambatan ekonomi itu jauh lebih besar dari yang dia prediksi.
Dengan perkembangan tersebut, ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2023 masih di kisaran 4,9 persen hingga 5 persen.
Di sisi lain, ia menuturkan surplus anggaran negara dapat digunakan secara optimal untuk belanja produktif dan memacu kinerja sektor-sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan surplus sebesar Rp67,7 triliun atau setara 0,32 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga September 2023.
"Kita melihat sampai di Oktober ini kita aja masih surplus anggaran, jadi ini penyerapan anggaran dan disbursement dari belanja fiskal perlu terus dipercepat," ujarnya.
Sebelumnya, nilai surplus APBN pada September 2023 lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus APBN pada September 2022 yang tercatat sebesar Rp60,9 triliun atau sekitar 0,33 persen dari PDB.
Surplus APBN pada September diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan belanja negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pendapatan negara pada September 2023 tercatat sebesar Rp2.035,6 triliun. Capaian tersebut menandakan realisasi pendapatan negara telah mencapai 82,6 persen dari pagu anggaran.
Nilai itu mengalami pertumbuhan apabila dibandingkan capaian September 2022 yang tercatat sebesar Rp1.974,7 triliun.
Sementara belanja negara tercatat sebesar Rp1.967,9 triliun atau tumbuh dibandingkan capaian September 2022 yang sebesar Rp1.913,9 triliun. Dengan perolehan itu, maka realisasi belanja negara pada September telah mencapai 64,3 persen dari pagu anggaran APBN 2023.
Dari kinerja APBN tersebut, Kementerian Keuangan mencatat keseimbangan primer pada September 2023 juga mengalami surplus sebesar Rp389,7 triliun.
Baca juga: KSSK sebut sistem keuangan RI triwulan III-2023 tetap terjaga
Baca juga: Realisasi belanja negara capai Rp1.967,9 triliun hingga September 2023
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: