Industri baja nasional siap hasilkan baja emisi nol bersih
6 November 2023 15:30 WIB
Kunjungan Hatch dan Fortescue Futue Industries (FFI) ke pabrik GRP di Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat terkait Hydrogen Study, Kamis (12/10/2023). ANTARA/HO-GRP.
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan baja nasional PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) siap menghasilkan baja emisi nol bersih dengan menerapkan teknologi yang memanfaatkan hidrogen ramah lingkungan untuk menggantikan gas alam.
“Dekarbonisasi produksi baja sejalan dengan komitmen kami untuk mencapai net zero dan menghasilkan keunggulan kompetitif secara regional," Anggota Komite Eksekutif GRP Kimin Tanoto dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
.
Dengan menerapkan teknologi Australia pada fasilitas produksi, GRP berencana mengurangi emisi karbon industri baja melalui inisiasi peralihan dari gas alam ke hidrogen ramah lingkungan.
Menurut dia, inisiatif tersebut didukung pemerintah Indonesia dan Australia melalui sebuah studi kelayakan teknis yang dilakukan Katalis, program pengembangan bisnis bilateral bentukan kedua pemerintah.
Studi kelayakan teknis tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman GRP dan Fortescue yang ditandatangani pada acara KTT B20 di Bali pada bulan November 2022.
Sesuai MOU, kedua pihak sepakat menyelidiki peran hidrogen dan amonia ramah lingkungan yang dipasok oleh Fortescue dalam upaya dekarbonisasi pada pabrik-pabrik baja GRP, serta peluang offtake.
Nota kesepahaman dan studi kelayakan teknis ini dapat membantu mewujudkan niat GRP mencapai pengurangan emisi karbon secara penuh pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2050. Studi kelayakan teknis tersebut diharapkan rampung pada bulan Desember 2023.
Jika proyek ini terlaksana, tambah Kimin, perusahaan akan menggantikan penggunaan gas alam pada pabrik di Cikarang, Jawa Barat, dengan hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi perusahaan energi ramah lingkungan asal Australia, Fortescue.
Dikatakannya, energi dari gas merupakan komponen penting dalam proses produksi baja, untuk itu kedepannya, GRP dan Fortescue akan menelusuri peluang mengembangkan fasilitas hidrogen ramah lingkungan di dalam pabrik baja di Cikarang, yang luasnya lebih dari 200 hektar.
Hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi di pabrik tersebut direncanakan akan menggantikan gas alam yang saat ini digunakan dalam proses hilir dan memastikan efisiensi berkelanjutan dalam produksi baja.
Presiden Energi Fortescue wilayah Asia Pasifik Eva Hanly mengharapkan perusahaan-perusahaan lain bergabung untuk memerangi perubahan iklim menerapkan teknologi ramah lingkungan.
"Kami mengembangkan elektron, hidrogen, dan teknologi ramah lingkungan secara global untuk membantu dunia bergerak maju meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil," katanya.
Direktur Katalis Paul Bartlett menambahkan transisi menuju ekonomi ramah lingkungan memerlukan upaya bersama antarbisnis untuk berkolaborasi, berinovasi, dan berinvestasi.
Baca juga: Menperin: industri baja jadi contoh terapkan prinsip keberlanjutan
Baca juga: Wapres minta industri baja nasional tingkatkan kapasitas produksi
Baca juga: Kemenperin gandeng Krakatau Posco cetak SDM industri baja kompeten
“Dekarbonisasi produksi baja sejalan dengan komitmen kami untuk mencapai net zero dan menghasilkan keunggulan kompetitif secara regional," Anggota Komite Eksekutif GRP Kimin Tanoto dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
.
Dengan menerapkan teknologi Australia pada fasilitas produksi, GRP berencana mengurangi emisi karbon industri baja melalui inisiasi peralihan dari gas alam ke hidrogen ramah lingkungan.
Menurut dia, inisiatif tersebut didukung pemerintah Indonesia dan Australia melalui sebuah studi kelayakan teknis yang dilakukan Katalis, program pengembangan bisnis bilateral bentukan kedua pemerintah.
Studi kelayakan teknis tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman GRP dan Fortescue yang ditandatangani pada acara KTT B20 di Bali pada bulan November 2022.
Sesuai MOU, kedua pihak sepakat menyelidiki peran hidrogen dan amonia ramah lingkungan yang dipasok oleh Fortescue dalam upaya dekarbonisasi pada pabrik-pabrik baja GRP, serta peluang offtake.
Nota kesepahaman dan studi kelayakan teknis ini dapat membantu mewujudkan niat GRP mencapai pengurangan emisi karbon secara penuh pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2050. Studi kelayakan teknis tersebut diharapkan rampung pada bulan Desember 2023.
Jika proyek ini terlaksana, tambah Kimin, perusahaan akan menggantikan penggunaan gas alam pada pabrik di Cikarang, Jawa Barat, dengan hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi perusahaan energi ramah lingkungan asal Australia, Fortescue.
Dikatakannya, energi dari gas merupakan komponen penting dalam proses produksi baja, untuk itu kedepannya, GRP dan Fortescue akan menelusuri peluang mengembangkan fasilitas hidrogen ramah lingkungan di dalam pabrik baja di Cikarang, yang luasnya lebih dari 200 hektar.
Hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi di pabrik tersebut direncanakan akan menggantikan gas alam yang saat ini digunakan dalam proses hilir dan memastikan efisiensi berkelanjutan dalam produksi baja.
Presiden Energi Fortescue wilayah Asia Pasifik Eva Hanly mengharapkan perusahaan-perusahaan lain bergabung untuk memerangi perubahan iklim menerapkan teknologi ramah lingkungan.
"Kami mengembangkan elektron, hidrogen, dan teknologi ramah lingkungan secara global untuk membantu dunia bergerak maju meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil," katanya.
Direktur Katalis Paul Bartlett menambahkan transisi menuju ekonomi ramah lingkungan memerlukan upaya bersama antarbisnis untuk berkolaborasi, berinovasi, dan berinvestasi.
Baca juga: Menperin: industri baja jadi contoh terapkan prinsip keberlanjutan
Baca juga: Wapres minta industri baja nasional tingkatkan kapasitas produksi
Baca juga: Kemenperin gandeng Krakatau Posco cetak SDM industri baja kompeten
Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: