Qatar sebut pembebasan sandera di Gaza perlu "masa tenang"
5 November 2023 23:04 WIB
Ilustrasi - Asap mengepul setelah serangan udara Israel saat serangan berlanjut pada hari ke-29 di Kota Gaza, Gaza pada 04 November 2023. ANTARA/Anadolu via Reuters Connect/Mostafa Alkharouf/pri.
Doha (ANTARA) - Kementerian luar negeri Qatar pada Minggu menyatakan bahwa tanpa "masa tenang" di Gaza, para mediatornya tidak akan bisa menjamin pembebasan sandera Israel yang ditahan di sana.
"Setiap pembebasan sandera harus dikaitkan dengan masa tenang yang memungkinkan keberhasilan pembebasan sandera, sesuatu yang sudah lama tidak kita lihat," kata Majed Al Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar kepada wartawan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat menolak seruan Amerika Serikat untuk menghentikan sementara serangan Israel terhadap Hamas guna memfasilitasi upaya untuk membebaskan lebih dari 240 sandera yang disandera oleh kelompok Palestina.
Israel tidak akan menghentikan serangannya kecuali sandera yang ditahan oleh militan tersebut dibebaskan terlebih dahulu, kata Netanyahu.
Qatar, berkoordinasi dengan AS, memimpin perundingan mediasi dengan Hamas dan para pejabat Israel mengenai pembebasan sandera sejak kelompok militan tersebut mengamuk di Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 lainnya di Gaza.
Sejak itu, Israel terus meningkatkan serangannya terhadap Gaza dan 2,3 juta penduduknya dan pada Sabtu malam melakukan serangan melalui udara, laut, dan darat.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan pada Minggu bahwa lebih dari 9.700 warga Palestina, termasuk 4.008 anak-anak, telah tewas dalam perang tersebut.
Perdana Menteri Qatar mengatakan pada Minggu bahwa perundingan tersebut berisiko gagal karena serangan Israel dan informasi salah yang beredar mengenai perundingan tersebut.
"Proses mediasi ini berisiko mengingat tersebarnya laporan palsu dan kebocoran mengenai perundingan, selain rumitnya situasi lapangan akibat praktik tentara pendudukan Israel," Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri, mengatakan pada konferensi pers dengan menlu dari Prancis di Doha.
Qatar, yang mendapat kritik karena menampung pejabat tinggi Hamas dan kantor politiknya, mengatakan kehadiran kelompok itu di Doha berfungsi sebagai "saluran perdamaian".
"Itu adalah saluran yang digunakan untuk mediasi pembebasan sandera, keluarnya warga negara asing dan dalam berbagai aspek mediasi yang sedang berlangsung. Jadi saya tidak melihat ada alasan untuk menutup saluran itu sekarang," kata Al Ansari.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS berusaha keras keluarkan sandera dari Gaza
Baca juga: Paus serukan gencatan senjata Israel-Hamas dan pelepasan sandera
Baca juga: Hamas: Gencatan senjata diperlukan sebelum sandera dibebaskan
Baca juga: Israel janjikan hadiah bagi warga Gaza yang beri info soal sandera
"Setiap pembebasan sandera harus dikaitkan dengan masa tenang yang memungkinkan keberhasilan pembebasan sandera, sesuatu yang sudah lama tidak kita lihat," kata Majed Al Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar kepada wartawan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat menolak seruan Amerika Serikat untuk menghentikan sementara serangan Israel terhadap Hamas guna memfasilitasi upaya untuk membebaskan lebih dari 240 sandera yang disandera oleh kelompok Palestina.
Israel tidak akan menghentikan serangannya kecuali sandera yang ditahan oleh militan tersebut dibebaskan terlebih dahulu, kata Netanyahu.
Qatar, berkoordinasi dengan AS, memimpin perundingan mediasi dengan Hamas dan para pejabat Israel mengenai pembebasan sandera sejak kelompok militan tersebut mengamuk di Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 lainnya di Gaza.
Sejak itu, Israel terus meningkatkan serangannya terhadap Gaza dan 2,3 juta penduduknya dan pada Sabtu malam melakukan serangan melalui udara, laut, dan darat.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan pada Minggu bahwa lebih dari 9.700 warga Palestina, termasuk 4.008 anak-anak, telah tewas dalam perang tersebut.
Perdana Menteri Qatar mengatakan pada Minggu bahwa perundingan tersebut berisiko gagal karena serangan Israel dan informasi salah yang beredar mengenai perundingan tersebut.
"Proses mediasi ini berisiko mengingat tersebarnya laporan palsu dan kebocoran mengenai perundingan, selain rumitnya situasi lapangan akibat praktik tentara pendudukan Israel," Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri, mengatakan pada konferensi pers dengan menlu dari Prancis di Doha.
Qatar, yang mendapat kritik karena menampung pejabat tinggi Hamas dan kantor politiknya, mengatakan kehadiran kelompok itu di Doha berfungsi sebagai "saluran perdamaian".
"Itu adalah saluran yang digunakan untuk mediasi pembebasan sandera, keluarnya warga negara asing dan dalam berbagai aspek mediasi yang sedang berlangsung. Jadi saya tidak melihat ada alasan untuk menutup saluran itu sekarang," kata Al Ansari.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS berusaha keras keluarkan sandera dari Gaza
Baca juga: Paus serukan gencatan senjata Israel-Hamas dan pelepasan sandera
Baca juga: Hamas: Gencatan senjata diperlukan sebelum sandera dibebaskan
Baca juga: Israel janjikan hadiah bagi warga Gaza yang beri info soal sandera
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: