London (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan perlunya suatu kendali yang lebih ketat bagi pemasaran makanan tidak sehat untuk dapat memenangkan perang melawan kegemukan pada anak-anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pemasaran makanan tidak sehat yang sarat lemak, garam, dan gula, terbukti menyebabkan terjadinya bencana kegemukan bagi anak-anak.

"Anak-anak dikelilingi oleh iklan-iklan yang mendesak mereka untuk mengonsumsi makanan dengan kadar lemak yang tinggi, demikian pula kadar garam dan gulanya, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya mereka mendapat perlindungan seperti sekolah dan di pusat olah raga," kata Zsuzsanna Jakab, direktur regional WHO unit Eropa.

Promosi makanan yang jenuh akan lemak, gula dan garam selama bertahun-tahun sejak lama dikenal sebagai faktor penting risiko kegemukan pada anak dan penyakit-penyakit yang memerlukan pengaturan pola makan seperti penyakit jantung dan kanker di kemudian hari dalam hidup seseorang.

Dalam laporan mengenai pemasaran makanan, WHO Eropa mengatakan bahwa industri makanan semakin meningkatkan pemakaian saluran promosi yang murah misalnya jejaring sosial dan apps smartphone untuk menjangkau konsumen anak.

Televisi masih mendominasi bentuk iklan dan banyak anak-anak dan remaja yang menonton TV rata-rata lebih dari dua jam dalam sehari.

"Kelebihan berat badan adalah tantangan kesehatan masyarakat terbesar yang dihadapi pada abad 21, semua negara mendapat pengaruh yang meningkat secara variatif, khususnya pada kelompok dengan sosial-ekonomi lebih rendah," ujar Jakab.

Data Prakarsa Pengawasan Obesitas Pada Anak di WHO menunjukkan bahwa secara rata-rata satu dari tiap tiga anak usia 6-9 tahun memiliki kelebihan berat badan atau kegemukan.

Jakab juga mengemukakan data terakhir yang menunjukkan anak-anak menjadi lebih gemuk bukan saja karena mereka duduk menonton TV, tetapi karena terpapar iklan dan taktik pemasaran.

Iklan makanan di televisi yang terkemuka adalah minuman ringan, sarapan yang manis-manis, biskuit, kue, cemilan dan makanan siap santap atau gerai masakan cepat saji, demikian laporan WHO.

"Sayangnya, pemasaran makanan tak sehat untuk anak-anak itu sudah terbukti menjadi bencana yang telak," isi laporan itu.

"Sementara orang dewasa menyadari mereka menjadi sasaran iklan, anak-anak tidak dapat membedakan, misalnya antara iklan dan film kartun. Ini membuat mereka menerima pesan-pesan yang rentan dan dapat mengarahkan mereka membuat pilihan yang tidak sehat."

WHO Eropa mengatakan, seluruh 53 negara di wilayah Eropa sudah menandatangani pengetatan pemasaran makanan tak sehat bagi anak, kebanyakan semua bergantung pada aturan periklanan secara umum dan tidak menyebutkan secara khusus mengenai produk yang sarat lemak, gula dan garam.

Pendekatan yang lebih luas -- melalui aturan, peraturan mandiri ataupun peraturan pendamping, baru diterapkan oleh Denmark, Prancis, Norwegia, Slovenia, Spanyol dan Swedia.

(M007)