Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance, Eko Listiyanto, menilai perbankan nasional tetap bisa meraih keuntungan meskipun tidak menaikkan bunga kreditnya pasca-suku bunga acuan BI Rate naik menjadi enam persen.

"Bank masih bisa untung walaupun hanya menaikkan bunga dananya tanpa menaikkan bunga kredit. Tapi untungnya tentu tipis," kata Listiyanto, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan, kenaikan BI Rate disertai dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan asumsi inflasi 7,2 persen dalam APBN-P 2013, sangat mungkin direspons perbankan dengan menaikkan suku bunga dananya khususnya deposito.

Hal itu akan diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit, untuk menutupi biaya terhadap kenaikan bunga deposito.

Inflasi diasumsikan 7,2 persen tahun ini, bank otomatis menaikkan suku bunga depositonya hingga level setara atau mendekati persentase inflasi, agar nasabah tetap untung dan tidak beralih ke bank lain.


"Ini 'khan bicara soal pasar. Dan biaya yang dikeluarkan bank untuk membayar bunga deposito itu akan ditutupi dengan suku bunga kredit yang juga dinaikkan," kata dia.

Namun menurut dia, secara rata-rata suku bunga kredit perbankan saat ini berada di level 12-13 persen. Sedangkan rata-rata suku bunga deposito perbankan berada di level lima hingga enam persen.

Artinya kata dia, jarak antara bunga kredit dan bunga deposito perbankan masih relatif tinggi, yakni di kisaran enam persen. Menurut dia, dengan kisaran yang demikian tinggi, bank masih bisa memperoleh keuntungan meskipun hanya menaikkan bunga dana, tanpa menaikkan bunga kredit.

"Bank bisa menekan efisiensi di sektor lain. Tapi memang sepertinya kenaikan bunga kredit sulit dielakkan perbankan, karena bank memiliki target laba yang perlu dicapai," kata dia.

(R028/N002)