Moeldoko: RI potensial kembangkan EBT limbah kelapa sawit
4 November 2023 16:01 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI Purn. Moeldoko pada peluncuran pellet kelapa sawit di PT Maulana Karya Persada, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/11/2023). ANTARA/HO-KSP.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut Indonesia memiliki potensi untuk mengolah dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dari limbah kelapa sawit menjadi pellet biomassa.
"Saya yakin penggunaan pellet biomass ini akan diadopsi oleh oleh negara-negara lain di seluruh dunia, dan kita akan menjadi pemain utamanya," kata Moeldoko pada peluncuran pellet kelapa sawit di PT Maulana Karya Persada, Bogor, Sabtu, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Untuk diketahui, Pemerintah terus berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan biomassa untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, salah satunya dengan mengembangkan bahan bakar padat dari limbah kelapa sawit atau pellet kelapa sawit.
Moeldoko mengatakan bahwa Indonesia punya potensi besar untuk pengembangan pellet kelapa sawit. Produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 55 juta ton per tahun, yang menghasilkan limbah berupa serasah, pelepah, dan cangkang kelapa sawit yang dapat diolah menjadi pellet.
Menurut dia, potensi tersebut menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk membuka pasar pellet biomass di kancah internasional, sekaligus memastikan Indonesia kuat dalam pengembangan ekonomi hijau.
Ia menilai pellet kelapa sawit merupakan bahan bakar terbarukan yang memiliki emisi gas buang lebih rendah daripada batu bara dan solar.
Dengan memanfaatkan pellet kelapa sawit, kata dia, Pemerintah tidak hanya bisa mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, dan memperkuat pertumbuhan industri sembari menjaga ketahanan energi nasional.
Baca juga: Gapki: Peremajaan sawit bantu tingkatkan ketahanan industri sawit
Baca juga: Airlangga: Kerja sama jadi kunci capaian industri sawit berkelanjutan
"Kami berharap pellet biomass ini menjadi komoditas sumber energi baru yang bisa digunakan dalam jangka panjang dan mendunia," ujar Moeldoko.
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan luar negeri yang menandatangani kerja sama untuk pemanfaatan pellet kelapa sawit menjadi bahan baku pembangkit listrik.
Salah satunya, Helen Oy, perusahaan energi terbesar di Finlandia. Kerja sama ini akan dilaksanakan oleh PT Maulana Karya Persada, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang pellet kelapa sawit.
"Kami siap bekerja sama dengan Finlandia untuk mengembangkan pellet kelapa sawit sebagai sumber energi baru yang berkelanjutan," kata Presiden Direktur PT Maulana Karya Persada Abi Maulana.
Pellet kelapa sawit, kata dia, memiliki beberapa keuntungan daripada bahan bakar fosil, di antaranya mengurangi emisi karbon, ketersediaannya melimpah, harga yang kompetitif, serta mudah diangkut dan disimpan.
Selain sebagai bahan baku pembangkit listrik, lanjut dia, pellet kelapa sawit juga bisa untuk industri dan transportasi.
"Saya yakin penggunaan pellet biomass ini akan diadopsi oleh oleh negara-negara lain di seluruh dunia, dan kita akan menjadi pemain utamanya," kata Moeldoko pada peluncuran pellet kelapa sawit di PT Maulana Karya Persada, Bogor, Sabtu, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Untuk diketahui, Pemerintah terus berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan biomassa untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, salah satunya dengan mengembangkan bahan bakar padat dari limbah kelapa sawit atau pellet kelapa sawit.
Moeldoko mengatakan bahwa Indonesia punya potensi besar untuk pengembangan pellet kelapa sawit. Produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 55 juta ton per tahun, yang menghasilkan limbah berupa serasah, pelepah, dan cangkang kelapa sawit yang dapat diolah menjadi pellet.
Menurut dia, potensi tersebut menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk membuka pasar pellet biomass di kancah internasional, sekaligus memastikan Indonesia kuat dalam pengembangan ekonomi hijau.
Ia menilai pellet kelapa sawit merupakan bahan bakar terbarukan yang memiliki emisi gas buang lebih rendah daripada batu bara dan solar.
Dengan memanfaatkan pellet kelapa sawit, kata dia, Pemerintah tidak hanya bisa mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, dan memperkuat pertumbuhan industri sembari menjaga ketahanan energi nasional.
Baca juga: Gapki: Peremajaan sawit bantu tingkatkan ketahanan industri sawit
Baca juga: Airlangga: Kerja sama jadi kunci capaian industri sawit berkelanjutan
"Kami berharap pellet biomass ini menjadi komoditas sumber energi baru yang bisa digunakan dalam jangka panjang dan mendunia," ujar Moeldoko.
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan luar negeri yang menandatangani kerja sama untuk pemanfaatan pellet kelapa sawit menjadi bahan baku pembangkit listrik.
Salah satunya, Helen Oy, perusahaan energi terbesar di Finlandia. Kerja sama ini akan dilaksanakan oleh PT Maulana Karya Persada, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang pellet kelapa sawit.
"Kami siap bekerja sama dengan Finlandia untuk mengembangkan pellet kelapa sawit sebagai sumber energi baru yang berkelanjutan," kata Presiden Direktur PT Maulana Karya Persada Abi Maulana.
Pellet kelapa sawit, kata dia, memiliki beberapa keuntungan daripada bahan bakar fosil, di antaranya mengurangi emisi karbon, ketersediaannya melimpah, harga yang kompetitif, serta mudah diangkut dan disimpan.
Selain sebagai bahan baku pembangkit listrik, lanjut dia, pellet kelapa sawit juga bisa untuk industri dan transportasi.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023
Tags: