Jakarta (Antara News) - Beberapa sopir Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) mengatakan mereka belum akan menaikkan tarif meski harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pekan ini akan dinaikkan.

"Kami belum berani menaikkan tarif, kami masih menunggu pastinya saja dari pemerintah. Kalaupun naik, kita serahkan pada Organda berapa naiknya," kata Jimmy, sopir Kopaja P12, di Terminal Senen, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, kalau tarif angkutan tidak dinaikkan maka pendapatannya akan jauh berkurang setelah kenaikan harga BBM

"Saat ini pendapatan kami sehari Rp400 ribu, jumlah tersebut masih harus dikurangi untuk membeli solar seharga Rp150 ribu untuk kebutuhan sehari. Kalau BBM naik, pendapatan pasti jauh berkurang karena potongannya makin banyak," kata Jimmy.

Namun sopir Kopaja yang lain, Slamet Budi, juga khawatir kalau tarif angkutan dinaikkan seiring dengan kenaikan harga BBM maka penumpang akan beralih ke moda transportasi lain.

"Penumpang pasti lari ke bus Trans kalau kita menaikkan tarif gara-gara kenaikan BBM. Tapi kalau tidak dinaikkan, kita tidak bisa jalan," katanya.

"Idealnya, dengan adanya kenaikan harga BBM tarif Kopaja naik menjadi Rp4.000 atau Rp5.000 dari yang sebelumnya Rp2.000. Tapi kalau kenaikan lebih dari Rp1.000, penumpang pasti lari ke bus Trans," katanya.

Slamet berharap pemerintah menunda kenaikan harga BBM, setidaknya sampai setelah Ramadhan dan Hari Raya.

"Ini mau dekat-dekat puasa, bisa dibayangkan beban yang nanti akan kami tanggung, harga-harga pasti naik," kata Slamet, yang mengaku membawa pulang pendapatan bersih Rp70 ribu setiap hari.

Beberapa sopir angkutan mengaku tidak tahu banyak mengenai rencana pemerintah memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM subsidi.

"Saya baru dengar ada BLSM, kalaupun ada, mudah-mudahan kami juga bisa dapat agar lebih ringan beban kami nantinya," kata dia.