Dalam sebuah webinar yang digelar RSCM, Jumat, Reiva menjelaskan talasemia disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hemoglobin yang menyebabkan kerusakan pada sel darah merah sehingga penderitanya mengalami anemia atau kurang darah.
Baca juga: Dokter sebut Indonesia miliki banyak penderita talasemia
Reiva, lulusan patologi klinik Universitas Indonesia, mengumpamakan ukuran sel darah merah pada orang sehat sebesar jeruk, sementara pada pasien talasemia bisa berbeda-beda, misalnya ada yang sebesar anggur, tidak bulat dan ada yang pecah-pecah.
Ukuran sel darah merah pada orang dengan anemia akibat defisiensi besi juga kecil seperti pasien talasemia. Hanya saja, penyebabnya bukan karena kelainan pada tubuh melainkan kekurangan bahan baku yakni zat besi.
Selain itu, apabila zat besi kemudian dipenuhi maka anemia bisa sembuh. Sementara talasemia sifatnya seumur hidup walaupun dilakukan transfusi terus menerus.
Baca juga: Talasemia dapat ditegakkan melalui analisis hemoglobin
Merujuk pada Kementerian Kesehatan, secara klinis ada tiga jenis talasemia, yakni talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor atau pembawa sifat. Pasien talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (dua hingga empat minggu sekali). Pasien talasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin.
Sementara pasien talasemia minor atau pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah.
Baca juga: Dokter anjurkan skrining talasemia jauh hari sebelum menikah
Baca juga: Anemia pada ibu hamil dapat pengaruhi kecerdasan anak yang dilahirkan
Baca juga: Kapan skrining deteksi anemia dapat dilakukan?