Akademisi dorong UMKM manfaatkan peluang pembiayaan hijau
2 November 2023 19:19 WIB
Kain batik dari pewarna alami milik UMKM batik Lampung yang tengah dipamerkan di acara Lampung Craft. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Associate UKM Center FEB UI Luluk Widyawati mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk lebih memanfaatkan peluang pembiayaan hijau yang saat ini telah disediakan oleh berbagai lembaga jasa keuangan.
Pemanfaatan pembiayaan hijau yang semakin luas diharapkan dapat menjawab tantangan dan kendala permodalan yang kerap dialami pelaku UMKM dalam mengembangkan produk ramah lingkungan.
"Pelaku UMKM harus bisa meyakinkan bahwa usahanya sudah layak dikatakan 'UMKM hijau' sehingga mendapat fasilitas khusus yang dimiliki lembaga jasa keuangan," kata Luluk dalam diskusi di Universitas Indonesia, Depok.
Luluk mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat mengenai aspek keberlanjutan suatu produk mulai meningkat pada masa sekarang, terutama di kalangan usia muda. Oleh sebab itu, pelaku UMKM perlu melakukan transformasi bisnisnya ke arah yang lebih ramah lingkungan.
Meski entitas bisnis termasuk skala kecil, Luluk menekankan bahwa UMKM tetap memiliki potensi untuk menyumbang kontribusi signifikan dalam target penurunan emisi karbon yang hendak dicapai Indonesia. Apalagi, imbuh dia, jumlah UMKM yang tersebar di berbagai daerah sangat banyak.
Namun, Luluk mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pemangku kepentingan jauh lebih kompleks apabila ingin memastikan semua UMKM bertransformasi ke arah bisnis yang hijau. Selain itu, setiap UMKM juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam upaya menurunkan emisi karbon di setiap tahapan produksi.
"Kemampuan setiap masing-masing UMKM untuk menurunkan emisi tentunya terbatas karena banyak hal yang di luar kontrol dari UMKM sendiri, yang tentunya akan membutuhkan intervensi dari berbagai macam pihak," kata Luluk.
Dia juga tidak memungkiri bahwa kesadaran pelaku usaha yang masih rendah dan penyebaran pengetahuan mengenai ekonomi hijau yang masih belum merata menjadi tantangan utama untuk mendorong UMKM beralih ke bisnis berkelanjutan.
Apabila kesadaran tentang isu keberlanjutan semakin terbangun pada pelaku usaha, Luluk berharap UMKM tidak hanya sekadar bertindak sebagai eco-adaptor dan eco-preneur. Lebih dari itu, UMKM Indonesia diharapkan dapat menjadi eco-innovator sehingga dapat benar-benar membawa perubahan terkait dengan isu lingkungan.
Baca juga: Kemenkeu: Pembiayaan hijau dapat disalurkan ke sektor kereta api
Baca juga: Bappenas: Aturan pembiayaan alternatif energi hijau sedang disusun
Baca juga: PLN jajaki kerja sama dukungan pembiayaan hijau dari Australia
Pemanfaatan pembiayaan hijau yang semakin luas diharapkan dapat menjawab tantangan dan kendala permodalan yang kerap dialami pelaku UMKM dalam mengembangkan produk ramah lingkungan.
"Pelaku UMKM harus bisa meyakinkan bahwa usahanya sudah layak dikatakan 'UMKM hijau' sehingga mendapat fasilitas khusus yang dimiliki lembaga jasa keuangan," kata Luluk dalam diskusi di Universitas Indonesia, Depok.
Luluk mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat mengenai aspek keberlanjutan suatu produk mulai meningkat pada masa sekarang, terutama di kalangan usia muda. Oleh sebab itu, pelaku UMKM perlu melakukan transformasi bisnisnya ke arah yang lebih ramah lingkungan.
Meski entitas bisnis termasuk skala kecil, Luluk menekankan bahwa UMKM tetap memiliki potensi untuk menyumbang kontribusi signifikan dalam target penurunan emisi karbon yang hendak dicapai Indonesia. Apalagi, imbuh dia, jumlah UMKM yang tersebar di berbagai daerah sangat banyak.
Namun, Luluk mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pemangku kepentingan jauh lebih kompleks apabila ingin memastikan semua UMKM bertransformasi ke arah bisnis yang hijau. Selain itu, setiap UMKM juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam upaya menurunkan emisi karbon di setiap tahapan produksi.
"Kemampuan setiap masing-masing UMKM untuk menurunkan emisi tentunya terbatas karena banyak hal yang di luar kontrol dari UMKM sendiri, yang tentunya akan membutuhkan intervensi dari berbagai macam pihak," kata Luluk.
Dia juga tidak memungkiri bahwa kesadaran pelaku usaha yang masih rendah dan penyebaran pengetahuan mengenai ekonomi hijau yang masih belum merata menjadi tantangan utama untuk mendorong UMKM beralih ke bisnis berkelanjutan.
Apabila kesadaran tentang isu keberlanjutan semakin terbangun pada pelaku usaha, Luluk berharap UMKM tidak hanya sekadar bertindak sebagai eco-adaptor dan eco-preneur. Lebih dari itu, UMKM Indonesia diharapkan dapat menjadi eco-innovator sehingga dapat benar-benar membawa perubahan terkait dengan isu lingkungan.
Baca juga: Kemenkeu: Pembiayaan hijau dapat disalurkan ke sektor kereta api
Baca juga: Bappenas: Aturan pembiayaan alternatif energi hijau sedang disusun
Baca juga: PLN jajaki kerja sama dukungan pembiayaan hijau dari Australia
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: